Breaking News

Saturday, December 26, 2020

MINGGU KELABU 16 TAHUN LALU

Enam belas tahun sudah berlalu, tepatnya pada pagi minggu 26 Desember 2004. Birunya langit di atas bumi Aceh begitu cerah, kicauan burung bersahutan masih terdengar merdu.  Warga sekitar pantai masih bercengkrama mesra bersama keluarga dan tetangga saling menebar senyum. Tepat pukul 07.58 WIB, bumi mulai bergoyang. Gempa berkekuatan lebih 9,2 SR mengguncang bumi Iskandar Muda.  Gempa berskala besar ini pusatnya di dasar Samudera Hindia, 160 kilometer sebelah barat Aceh dengan kedalaman 10 kilometer. Inilah gempa terdahsyat, setidaknya dalam 40 tahun terakhir. Gempa dirasakan hingga Semenanjung Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, hingga timur Afrika.

Kepanikan melanda, warga berhamburan keluar rumah, kemudian duduk di tanah. Sulit untuk berdiri karena kuatnya goncangan. Zikir, azan, dan doa-doa terdengar seiring bumi mengayun. Dataran bergetar keras hingga 10 menit.  Beberapa bangunan seperti Swalayan Pante Pirak di Banda Aceh roboh, Museum di IAIN Ar Raniry (UIN Sekarang) runtuh.  Selang beberapa saat, terdengar beberapa ledakan yang diperkirakan dari dasar laut.  Seketika sinyal selular mati. Tak lama kemudian air laut surut, mengering, ikan-ikan menggelepar.

Dikarenakan minimnya pengetahuan, banyak warga di dekat pantai justru memungut ikan-ikan tersebut, mereka tidak tahu bahwa maut sedang mengintai. Sebagian lagi penasaran menatap fenomena langka dan melarikan diri karena ketakutan.  Tiba-tiba ombak besar hitam pekat menuju daratan, melumat apa saja di sekitar pantai kemudian menyeretnya hingga 5 kilometer. Tsunami terdahsyat dalam sejarah bukan hanya menyapu Aceh, tapi juga berdampak ke pesisir 14 negara sepanjang Samudera Hindia. Merenggut lebih 200 ribu korban jiwa.

Bumi Aceh luluh lantak, tidak terhitung harta benda yang hilang.  Sebagian besar bangunan dekat pantai lenyap ditelan gelombang, hanya beberapa masjid yang tersisa. Jenazah-jenazah bergelimpangan di antara sampah-sampah dan kehancuran akibat gelombang tsunami. Denyut perekonomian dan aktivitas pemerintahan lumpuh total.

Jerit histeris korban luka, kehilangan orangtua, keluarga, dan sanak saudara menggema di antara lantunan-lantunan takbir memuji Yang Maha Kuasa. Tsunami menghancurkan pesisir Aceh sepanjang 800 kilometer, laut menelan beberapa permukiman.  Lebih 120 ribu rumah penduduk di Aceh hancur total, sekitar 600 ribu warga Aceh dan Nias kehilangan tempat tinggal hanya dalam beberapa detik. 1.617 kilometer jalan, 260 jembatan, dan 690 rumah sakit rusak berat.  (Data BRR).

Seluruh penduduk bumi tercengang dengan petaka ini. Bala bantuan datang, sejak beberapa hari kemudian. Sebanyak 40 negara mengirim tentara dan relawan ke Aceh untuk memberikan bantuan kemanusian. Inilah operasi militer tanpa perang terbesar di dunia setelah Perang Dunia II.

Pemerintah sempat membatasi Aceh terhadap pihak asing dengan alasan konflik. Berkah tsunami daerah ini terbuka, dan titik penting dari bencana adalah lahirnya perdamaian RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Pada 15 Agustus 2005, di Helsinki, Finlandia, kedua pihak sepakat gencatan senjata. Berakhirlah konflik yang merenggut nyawa ribuan jiwa dan sendi-sendi kehidupan.  Inilah hikmah terbesar di balik musibah terbesar di abad ini

Peran paling besar saat tsunami melanda ditunjukkan para jurnalis.  Di tengah kehancuran, jerit duka orang-orang, dan keterbatasan perlengkapan, mereka gigih mengabarkan korban tsunami ke seantero jagat. Menggerakkan solidaritas bangsa-bangsa di bumi.  Enam belas tahun sudah cobaan tersebut berlalu, wajah Bumi Iskandar Muda menunjukkan kemajuan pesat di segala lini. Kemajuannya melampaui yang terlihat sebelum tsunami. Jauh dari perkiraan banyak pihak. Ini tidak lepas dari semangat pantang menyerah yang mendarah daging pada diri rakyat Aceh ditambah solidaritas tanpa batasan RAS, suku, dan agama yang ditunjukkan bangsa-bangsa dunia. Tsunami Aceh ikut menyatukan dunia.

Luangkan sedikit waktu kita untuk mendoakan mereka yang telah pergi bersama tsunami. Tanpa pengorbanan mereka, mungkin kita tidak akan pernah tahu betapa pentingnya mitigasi, juga melihat betapa hebatnya solidaritas rakyat seluruh negeri bersatu dalam satu misi kemanusian. Terima kasih dunia.

Read more ...
Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog