Breaking News

Monday, August 21, 2017

Modul-Modul Untuk PKB dan Pretest 2017

Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru, khususnya untuk mengembangkan keterampilan instruksional dan pengetahuan terhadap konten pembelajaran yang diampu.  perlu diketahui bahwa SIMPKB adalah merupakan syarat guna mengikuti proses pendidikan dan pelatihan (diklat) mata pelajaran yang diampu masing-masing guru.  Sebelum mengikuti pretest, guru terlebih dahulu haris mengaktifkan akun di SIMPKB, caranya klik link berikut;
 
Buku Saku Guru Untuk PKB dan Pretest 2017 KLIK DISINI:

Modul PKB Biologi SMA  KLIK DISINI: 

Kisi-Kisi PKB Pelajaran KKPI  KLIK DISINI:

Kisi-Kisi PKB Simulasi Digital  KLIK DISINI:  

Kisi-Kisi PKB PKn 2006  KLIK DISINI: 

Kisi-Kisi PKB PKn 2013  KLIK DISINI:

Modul PKB Matematika SMA KLIK DISINI:

Modul PKB B. Indonesia SMA/SMK  KLIK DISINI: 
Read more ...

Monday, August 7, 2017

MODUL BERBASIS DINUL ISLAM (KURIKULUM ACEH)

Aceh sekarang ini sedang menyusun kurikulum yang di dalamnya memuat dinul islam, selain menyusun kurikulum, dinas pendidikan Aceh juga membuat buku dan modul.  Berkut ini cuntoh modul matetatika, yang berminat silakan klik link dibawah ini:

Modul Matematika
Barisan dan Deret KLIK DISINI
Matrik KLIK DISINI

Modul Seni Budaya KLIK DISINI

Modul Teknik Elektronika KLIK DISINI 





Read more ...

Sunday, August 6, 2017

Otonomi Profesional Guru dan Kualitas Pendidikan

PEKAN lalu seorang pelajar SMA dari Surabaya menulis sebuah surat terbuka untuk M Nuh, menteri pendidikan dan kebudayaan. Surat itu berisi kritik yang tajam, dengan logika yang baik, tetapi dalam bahasa yang santun. Substansi kritik surat tersebut sudah cukup banyak dibahas dan tidak akan saya ulang di sini. Yang saya soroti dalam tulisan ini ialah jawaban M Nuh ketika ditanya wartawan tentang surat tersebut. Alih-alih memberi apresiasi, ia justru tidak percaya bahwa seorang pelajar SMA bisa menulis surat seperti itu.
 
Respons M Nuh tentu mengecewakan, tetapi tidak mengejutkan. Ketidakpercayaan Pak Menteri sudah bisa diduga karena konsisten dengan arah kebijakan mendasar yang dipilih kementeriannya. Yang pertama ialah penguatan fungsi ujian nasional sebagai penentu kelulusan siswa SMP dan SMA. Yang kedua ialah penggantian kurikulum tingkat satuan pendidikan dengan kurikulum 2013. Kedua kebijakan itu pada dasarnya mencerminkan ketidakpercayaan akut terhadap kapasitas profesional guru sebagai ujung tombak pendidikan. Bila terhadap guru saja M Nuh sangsi, apalagi pada siswa-siswanya?
 
Profesionalitas tanpa otonomi
Secara resmi, pemerintah telah mengakui guru sebagai profesional. Hal itu berarti kerja guru diakui sebagai aktivitas yang padat pengetahuan (knowledge-intensive), yang memerlukan keahlian khusus yang diperoleh melalui rangkaian pengalaman belajar sistematis dan ekstensif. Salah satu implikasinya ialah bahwa guru, sebagaimana dokter dan akuntan, seyogianya dipercaya untuk bekerja secara otonom/ mandiri berdasarkan professional judgment mereka.
 
Kewenangan untuk bekerja secara otonom itu sesuai dengan kerangka kualifikasi nasional yang ditetapkan pemerintah (PP No 8 Tahun 2012). Dalam kerangka itu, kompetensi seorang profesional mencakup kemampuan merencanakan dan mengelola sumber daya dalam lingkup tanggung jawabnya, serta mengevaluasi secara komprehensif hasil kerjanya. Secara finansial, pengakuan profesionalitas guru juga tecermin pada pemberian tunjangan profesional bagi yang telah lulus sertifikasi.
 
Yang menjadi masalah ialah pengakuan formal dan penghargaan finansial tersebut tidak diikuti dengan pemberian kepercayaan (trust). Justru sebaliknya, pemerintah mengebiri kewenangan guru dalam melaksanakan aktivitas profesionalnya. Salah satu aspek kunci aktivitas mengajar ialah melakukan assessment hasil belajar siswa. Namun, melalui kebijakan ujian nasional pada SMP dan SMA (serta ujian daerah untuk tingkat SD), pemerintah pada dasarnya mengatakan guru tidak bisa dipercaya melakukan evaluasi hasil belajar siswanya sendiri.
 
Sebaliknya, evaluasi pembelajaran hanya bisa dilakukan tim pakar dari pusat, melalui ujian yang isinya dijadikan rahasia negara. Paket soal pun dibuat sampai 20 jenis, untuk memastikan siswa (dan para gurunya) tidak bisa saling menyontek. Bahkan ada daerah yang sampai menyadap telepon seluler para guru agar mereka tidak membocorkan soal ujian.
 
Pesan yang disampaikan implisit, tapi gamblang: pemerintah tidak percaya bahwa guru bisa mampu merancang soal ujian yang baik, atau dapat menilai muridnya sendiri dengan objektif. Ini ibarat pemerintah, melalui Departemen (Kementerian) Kesehatan, ngotot menguji hasil diagnosis dan pengobatan setiap orang yang mendapat pelayanan dari dokter di Indonesia. Tentu itu pemikiran yang absurd. Namun, itulah yang terjadi pada di dunia pendidikan.
 
Namun, bukan hanya itu. Pemerintah juga mencabut kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang belum genap 10 tahun diterapkan. Salah satu landasan filosofis KTSP ialah yang mengetahui konteks dan kebutuhan bela jar siswa ialah guru dan sekolah. Dengan demikian, sekolah diberi kewe nangan untuk menyusun kuri kulumnya sendiri, dengan mengacu ke beberapa capaian belajar nasional. Guru juga harus membuat rencana ajar (lesson plan) mereka sendiri. Tentu itu menuntut keahlian profesional tersendiri.
 
Otonomi itu dicabut dengan berlakunya kurikulum 2013. Sekolah tidak lagi boleh menyusun kurikulumnya sendiri. Guru pun diminta untuk sekadar melaksanakan lesson plan yang telah disiapkan tim dari pusat. Bahkan buku ajar dan materi lain juga dipasok. Materi dan proses pengajaran dari Aceh sampai Papua, untuk kota megapolitan Jakarta sampai desa pelosok terpencil, diharapkan sama. Guru pun berhenti menjadi profesional dan beralih menjadi tukang penyampai informasi.
 
Mencari presiden yang pro-guru
Apakah keadaan ini menunjang proses pembelajaran? Apakah dalam keadaan seperti ini, guru dapat mengajar dengan inovatif? Apakah siswa menjadi bersemangat untuk belajar dan haus pengetahuan? Tak dimungkiri, ada sebagian guru yang lebih senang dengan pengebirian otonomi profesionalnya. Apalagi disertai dengan reward finansial berupa tunjangan profesi yang relatif besar bagi mereka.
 
Namun, untuk sebagian besar yang lain, uang saja tidak akan menumbuhkan keinginan intrinsik untuk menjadi kreatif dan inovatif. Sebuah teori psikologi klasik mengatakan uang hanyalah faktor yang mencegah seseorang untuk berhenti kerja. Uang tidak dapat membuat seseorang menyenangi dan mau mencurahkan segenap jiwa untuk pekerjaannya. Untuk itu, ada kebutuhan-kebutuhan psikologis yang mesti dipenuhi, seperti otonomi dan kompetensi. Kebutuhan akan otonomi terpenuhi ketika seseorang diberi kepercayaan dan kesempatan untuk berpikir dan kemudian bertindak mandiri. Kebutuhan kompetensi terpenuhi ketika pekerjaan seseorang memungkinkannya untuk terus tumbuh, menguasai pengetahuan dan keterampilan baru.
 
Momentum pemilu tahun ini membuka harapan bahwa presiden baru akan terbuka untuk melakukan reformasi mendasar di bidang pendidikan. Apa yang harus dilakukan? Solusi jangka pendeknya sebenarnya amat jelas. Pertama, hentikan penggunaan ujian nasional sebagai komponen penentu kelulusan siswa dan kembalikan wewenang evaluasi kepada guru dan sekolah. Itu sejalan dengan Pasal 58 UU No 20/2003 yang menyatakan evaluasi hasil belajar siswa dilakukan pendidik, serta Pasal 61 yang menegaskan ujian diselenggarakan satuan pendidikan.
 
Kedua, cabut kurikulum 2013, dan kembali berlakukan KTSP. Ini juga sejalan dengan UU No 20/2003 Pasal 36 sampai 38, yang menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum dilakukan satuan pendidikan berdasarkan prinsip `diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik’. Kurikulum yang seluruh perangkat pendukungnya dibuat secara terpusat jelas melanggar prinsip itu. Kedua kebijakan korektif itu ialah langkah awal yang memungkinkan guru untuk mengajar secara lebih bermakna, bukan sekadar untuk menuntaskan materi dan mengejar nilai ujian.

Untuk jangka menengah dan panjang, pemerintah harus serius meningkatkan kualitas guru serta menutup kesenjangan antardaerah. Hal itu dimulai dengan reformasi lembaga pendidikan guru dan sistem pengembangan kompetensi berkelanjutan untuk guru yang sudah mengajar. Sediakan bank soal untuk topik-topik penting, latih para guru untuk merakit tes yang diperlukan, kemudian percayakan pada mereka untuk mengevaluasi muridnya. Tanpa kepercayaan kepada guru, sampai kapan pun pendidikan kita akan jalan di tempat, atau bahkan mundur teratur.

Anindito Aditomo ;   Direktur Pusat Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Universitas
                                  Surabaya, Alumnus Universitas Gadjah Mada dan University of Sydney, 
                                 Australia (MEDIA INDONESIA,  19 Mei 2014)

http://widiyanto.com/otonomi-profesional-guru-dan-kualitas-pendidikan/
Read more ...

Dunia Digital vs Dunia Nyata


DALAM banyak kesempatan, saya mendengar kuatnya anggapan bahwa dunia maya (digital) berbeda dengan dunia nyata. Dunia digital dianggap sebagai ”alam halus”, yang belum (atau bahkan sulit) disentuh. Kalaupun dipakai, hanya sebatas sebagai alat pendukung. Sedangkan dunia nyata adalah dunia kita sehari-hari. Bahkan, ada yang beranggapan bahwa itu adalah dunia para milenial, anak-anak mereka. Juga tak dapat dihindari yang berpikir, bisnisnya (core-nya) sama sekali tak perlu bersentuhan dengan dunia digital.
 
Misalnya saja, ada yang mengatakan, ”Kami ini bisnisnya semen, bukan ritel.” Dan kalau diteruskan lagi ”kami”-nya bisa panjang: kami jual mobil, bukan hiburan; kami pupuk, bukan hotel; kami tekstil, bukan oleh-oleh; dan seterusnya. Seakan-akan dunia maya itu hanya berlaku bagi ritel, hiburan, dan sejenisnya.  Mungkin anggapan semacam itu menguat lantaran sering melihat anak-anak bermain game. Jadi, dunia digital hanya ada dalam game, bukan kehidupan nyata.  Anggapan seperti itu, kalau dibiarkan, tentu bakal menyesatkan dan menyulitkan banyak perusahaan yang sudah bagus. Itu akan membuat kita ”gagal paham”. Ya, gagal memahami perubahan-perubahan besar yang tengah bergulir di sekitar kita.

Kini, sejak manusia melewati tahapan connectivity melalui internet, digital dan dunia nyata menyatu dalam kehidupan kita sehari-hari. Ini buktinya.  Masih ingat dengan seorang perwira TNI yang memecahkan kaca bus di jalan tol Cikunir Mei 2017 lalu? Kasus yang ada di dunia nyata itu mungkin tak akan terungkap kalau tidak ada sebuah akun Facebook yang meng-upload kejadian tersebut.  Menurut akun itu, sang perwira tadi mengendarai mobil di ruas jalan tol yang macet. Mungkin jengkel dengan kemacetan, juga merasa jalannya terhalang bus, perwira tersebut dengan tongkatnya memukul pecah kaca samping bus.

Semula perwira itu berdalih mobilnya diserempet bus. Namun, tak ada bukti soal serempetan tersebut. Akun itu menulis, ”Ngaku spionnya kesenggol sampai lecet, tetapi di rekaman tidak ada lecet sama sekali. Diminta pertanggungjawaban malah kabur.” Unggahan tersebut kemudian ramai dibicarakan netizen.  Puspen TNI merespons terlebih dahulu. Melalui akun Instagram, Puspen TNI meminta maaf kepada PO bus tersebut. Lalu, menyusul sang perwira juga mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Dia siap bertanggung jawab untuk mengganti kerugian bus.  Itu bukti betapa dunia digital kita sudah menyatu dengan dunia nyata.

Mau bukti lainnya?
Masih ingat kasus seorang pegawai perempuan yang bekerja di Mahkamah Agung (MA) yang marah-marah dan mencakar Aiptu Sutisna saat petugas kepolisian itu hendak menilangnya? Sutisna tidak melawan. Dia hanya menghindar. Itu peristiwa yang terjadi di dunia nyata.

Adegan amukan pegawai MA tersebut kemudian muncul di dunia maya. Seorang netizen merekamnya dan meng-upload videonya ke akun Facebook. Kejadian itu pun menjadi viral.
Berkat sikapnya yang tidak melawan, Aiptu Sutisna mendapatkan apresiasi. Bukan hanya dari masyarakat, tapi juga Kepolisian Negara RI (Polri). Sebaliknya, si pegawai MA tadi dimutasi dari jabatannya di eselon IV menjadi staf di PTUN Pekanbaru.

Pengalaman Sandvik
Saya tadi menyinggung soal betapa repotnya kalau gagal paham menyatunya dunia maya dengan dunia nyata sampai berlarut-larut. Sebab, di belahan dunia sana, masyarakatnya –terutama kalangan korporasi– sudah menikmati hasil dari penyatuan dua dunia tersebut.

Salah satu contohnya Sandvik Coromant (SC), perusahaan asal Swedia yang menjadi produsen utama cemented carbide dunia. Cemented carbide adalah material yang biasa dipakai pada mesin pemotong material logam nonbaja dan banyak dipakai industri manufaktur. Bisnis SC sempat terpuruk lantaran hadirnya produk Tiongkok yang lebih murah.

Lalu, apa yang dilakukan SC?
SC lalu melengkapi mesin pemotongnya dengan sensor. Sensor tersebut berfungsi memantau kinerja cemented carbide. Kapan alat itu terlalu stres, sudah aus, dan tiba waktunya untuk diganti. Data dari sensor tersebut kemudian dikirim ke server dan oleh server didistribusikan ke pihak-pihak yang mesti tahu soal itu. Di antaranya general manager, manajer, atau supervisor di pabrik.

Bagi banyak pabrik, informasi semacam itu sangat penting. Jangan sampai pabrik berhenti beroperasi gara-gara mesin pemotong nonlogamnya rusak. Biaya untuk shutdown dan menghidupkan kembali bisa sangat mahal.  Informasi semacam itulah yang kemudian menjadi nilai lebih bagi SC ketimbang produk sejenis dari Tiongkok. Pelanggan pun beralih dari produk buatan Tiongkok ke buatan SC.  Itu contoh kasus di dunia korporasi yang memakai teknologi untuk menggabungkan dunia digital (informasi dari sensor) dengan dunia nyata (pekerjaan di pabrik). Kasus lainnya masih banyak.

Misalnya, ada Rolls-Royce yang memasang sensor di mesin pesawat terbang. Ketika pesawat masih berada di udara, kondisi mesin sudah terpantau. Saat mendarat, kalau ada komponen mesin yang perlu diganti, itu bisa langsung dilakukan tanpa pesawat perlu masuk hanggar. Jadi, pesawat bisa langsung terbang lagi. Itu tentu meningkatkan kinerja operasional pesawat.

Dunia 4.0
Dalam lingkungan masyarakat, para petugas layanan publik bisa memantau sejumlah kejadian dengan adanya CCTV. Ingat dengan pembalap MotoGP Nicky Hayden yang meninggal dunia karena tertabrak mobil? Melalui CCTV, pihak kepolisian mendapati bahwa Nicky Hayden lalai.  Hayden bersepeda sambil mendengarkan musik melalui iPod. Akibatnya, dia tak mendengar suara-suara yang ada di sekitarnya, termasuk mobil-mobil yang lalu-lalang di perempatan jalan. Salah satu mobil itulah yang kemudian menabrak Hayden.

Belajar dari kejadian tersebut, kita mungkin bisa memprakarsai gerakan no gadget saat melakukan aktivitas di area-area publik. Kini kita sudah memasuki dunia versi 4.0. Dunia maya atau digital dan dunia nyata sudah menyatu. Namun, banyak musibah terjadi gara-gara masyarakat kita masih merasa seolah-olah berada di dua dunia yang berbeda.  Misalnya terus saja memakai smartphone saat menyetir mobil atau mengendarai sepeda motor –sesuatu yang banyak kita jumpai di masyarakat kita. Juga terus memakai smartphone saat tengah berjalan di trotoar atau area publik lainnya. Itu fenomena yang ada di mana-mana. Mereka berjalan seenaknya sambil matanya tak henti menatap layar smartphone dan tangannya terus mengetik.

Padahal, sudah banyak video yang menayangkan orang-orang yang tersandung atau terperosok lubang karena terlalu asyik dengan smartphone-nya. Atau menabrak orang lain yang melintas di hadapannya; menabrak tiang atau pintu; bahkan tertabrak sepeda, sepeda motor, hingga mobil lantaran menyeberang jalan secara sembarangan.

Di Jerman, seorang petugas pengatur sinyal dituding bertanggung jawab atas kecelakaan kereta yang mengakibatkan 150 orang mengalami luka-luka dan 11 orang meninggal dunia. Menurut jaksa, sesaat sebelum kecelakaan terjadi, petugas itu asyik bermain game online via ponselnya. Akibatnya, dia menekan tombol yang salah. Informasi yang salah itulah yang diterima dua masinis dari dua kereta berbeda. Dan kecelakaan pun tak terelakkan.

Di dunia 4.0, era di mana semua serba terkoneksi, kita tak mau ada masyarakat yang gagal paham bahwa dunia digital sudah menyatu dengan dunia nyata. Sebab, risikonya bisa sangat fatal.

Rhenald Kasali  ;   Akademisi dan Praktisi Bisnis yang juga Guru Besar bidang Ilmu Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia; Pendiri Rumah Perubahan
dan http://widiyanto.com
Read more ...

Friday, August 4, 2017

PTK KIMIA

Belakangan ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) semakin menjadi trend untuk dilakukan oleh para profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap masalah sosial (pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang berkembang di masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai.

Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai suatu penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti.  

Bagi yang ingin contohnya silakan klik link KLIK DISINI
Read more ...

BUKU TKJ PERAKITAN KOMPUTER KELAS X

Penerapan kurikulum 2013 mengacu pada paradigma belajar kurikulum abad 21 menyebabkan terjadinya perubahan, yakni dari pengajaran (teaching) menjadi BELAJAR (learning), dari pembelajaran yang berpusat kepada guru (teacherscentered) menjadi pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik (studentcentered), dari pembelajaran pasif (pasive learning) ke cara belajar peserta didik aktif (active learning-CBSA) atau Student Active Learning-SAL.  Buku teks ″Perakitan Komputer″ ini disusun berdasarkan tuntutan paradigma pengajaran dan pembelajaran kurikulum 2013 diselaraskan berdasarkan pendekatan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar kurikulum abad 21, yaitu pendekatan model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains.   

Penyajian buku teks untuk Mata Pelajaran ″Perakitan Komputer ″ ini disusun dengan tujuan agar supaya peserta didik dapat melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan dalam melakukan eksperimen ilmiah (penerapan scientifik), dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru secara mandiri. 

Bagi yang berminat silakan mengunduk melalui link dibawah ini


Perakitan Komputer Kelas X Semester 1 KLIK DISINI

Perakitan Komputer Kelas X semester 2 KLIK DISINI 
Read more ...

LAPORAN KEMAJUAN BELAJAR MANDIRI 1 PEDAGOGIK

Kegiatan PLPG tahun 2017 berbeda dengan pelaksanaan PLPG tahun-tahun sebelumnya, peserta untuk tahun ini di wajibkan untuk mengikuti Prakondisi PLPG, pada saat prakondisi peserta akan dibagi kelas dan modul untuk dipelajari serta mendapatkan mentor, mentor akan memberikan tugas yang wajib peserta kerjakan dan unggah yang nantinya akan dinilai oleh mentor.  salah satu tuga yang harus segera peserta buat adalah laporan kemajuan belajar mandiri 1 untuk modul pedagogik.  bagi yang belum siap dapat mengunduk pada link  KLIK DISINI

Latihan Uraian Bab 1 s.d 4 KLIK DISINI:
Read more ...

Thursday, August 3, 2017

APA YANG MEMBUAT ANDA SULIT MENGAMBIL KEPUTUSAN

Kepemimpinan adalah masalah pengambilan keputusan, dan hal ini sangat tergantung dari nilai-nilai yang dianut. Orang yang tidak punya nilai pasti tidak akan punya keberanian untuk memutuskan sesuatu dan hal ini akan berpengaruh pada kualitas kepemimpinannya.

Yang menarik, nilai itu bukanlah “sesuatu yang dikatakan” tetapi “sesuatu yang dilakukan”. Nilai juga bukanlah sesuatu yang ditempel di dinding-dinding tetapi sesuatu yang dijalankan bahkan sekalipun sesuatu itu tidak pernah ditulis maupun dibicarakan. Nilai adalah sesuatu yang ada jauh di bawah kesadaran kita. Nilai adalah bagian dari pikiran bawah sadar kita. Nilai adalah sesuatu yang abstrak tetapi ia akan muncul ke permukaan dengan begitu jelasnya ketika kita berada di persimpangan jalan. Inilah sebetulnya manfaat terbesar dari sebuah masalah yang dilematis. Sebuah masalah dilematis sesungguhnya adalah sebuah arena yang tepat untuk melihat pertarungan nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang. Disanalah ujian dari sebuah nilai. Disanalah jati diri seorang pemimpin akan terlihat, tak peduli apapun nilai yang selama ini selalu ia gembar-gemborkan.

Ada banyak hal yang menyebabkan kita sulit mengambil keputusan. Pertama, bila kita tidak memiliki cukup bahan dan dukungan atas keputusan tersebut. Bila kita menekankan hal ini, kita adalah seorang yang cukup berhati-hati dalam mengambil keputusan. Kita merasa harus memiliki cukup data dan mempertimbangkan banyak hal agar keputusan itu benar-benar mantap. Namun, perlu disadari bahwa dalam beberapa hal, kita perlu mempunyai keberanian dalam mengambil keputusan meski pun tidak cukup data dan dukungan atas keputusan kita. Keyakinan kitalah yang menjadi pendukung atas keputusan kita.

Kedua, di saat kita tak mampu mengendalikan emosi. Contohnya adalah kebimbangan. Hal ini biasanya dialami bila kita dihadapkan untuk memilih satu dari beberapa alternatif yang tersedia. Meski kita merasa telah memiliki semua informasi dan pertimbangan atas alternatif-alternatif tersebut, seringkali kita dilanda kebimbangan untuk memilih. Kebimbangan membuat kita sulit mengambil keputusan. Namun, kebimbangan dapat dikalahkan dengan keputusan itu sendiri. Maksudnya, bila anda telah mengambil keputusan, maka kebimbangan semestinya sirna. Oleh karena itu, keyakinanlah yang menjadi landasan bagi pengambilan keputusan.

Ketiga, bila ada konflik kepentingan dalam keputusan tersebut, terutama kepentingan pribadi. Seringkali kita begitu sulit memutuskan sesuatu yang mudah hanya karena kepentingan pribadi kita berseberangan dengan kepentingan perusahaan. Ini adalah gejala yang manusiawi. Keputusan kita mencerminkan dimana kita berpijak. Pada umumnya kita memang harus mendahulukan kepentingan organisasi. Namun, adakalanya kita harus mendahulukan kepentingan pribadi. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk menimbang-nimbang urgensi dari masing-masing persoalan.

Keempat, bila tidak ada aturan dan prosedur yang jelas. Memang bila semua prosedur sudah jelas, maka mudah saja bagi kita mengambil keputusan. Justru itulah gunanya sebuah keputusan diambil: untuk membuka jalan, membuat terobosan, membongkar kebuntuan. Bila keputusan dibuat semata-mata karena prosedur, maka betapa banyak kemacetan yang terjadi, karena persoalan selalu mendahului kebijakan.

Selanjutnya, semestinya tidak ada keputusan yang sulit untuk diambil. Yang ada adalah keputusan yang "pahit", yaitu keputusan yang harus "mengorbankan" salah satu hal demi mencapai hal yang lain. Kepahitan inilah yang membuat kita berat atau sulit untuk mengambil keputusan. Namun, jika keputusan tersebut memang harus diambil, maka kita harus berkeyakinan kuat untuk memutuskannya. Situasi yang paling menyulitkan kita untuk mengambil keputusan, padahal kita tahu bahwa keputusan itu harus diambil adalah jika kita tak memiliki wewenang dan dapat bertanggung jawab penuh atas keputusan tersebut. Semua persoalan betapa pun beratnya, selama berada dalam kewenangan kita seharusnya bisa dipecahkan. Data dan bahan pendukung yang tak cukup, emosi yang tidak terkendali, aturan yang kurang jelas, justru adalah obyek bagi pengambilan keputusan kita.

Memang untuk mengambil keputusan diperlukan berbagai pertimbangan, namun yang paling diperlukan adalah wewenang dan tanggung jawab, tanpa itu kita bukanlah orang tepat untuk memutuskan. Maka, bila kami ditanya apa yang membuat kami sulit mengambil keputusan, jawaban kami adalah: tidak adanya wewenang dan tanggung jawab untuk mengambil keputusan tersebut.
Semoga berkenan.
Read more ...

SOAL LATIHAN PRAKONDISI PLPG BAB III PEDAGOGIK

Kegiatan prakondisi PLPG biasanya dilakukan sebelum para peserta PLPG melaksanakan pelatihan agar nantinya para peserta dapat mengetahui dengan jelas tujuan pelaksanaan PLPG serta sudah siap dalam menjalakan PLPG dari pemerintah agar nantinya supaya bisa lulus dan mendapatkan tunjangan sertifikasi guru jadi prakondisi PLPG sangatlah penting bagi para peserta yang mengikuti pelatihan PLPG.

Dengan adanya juknis prakondisi PLPG diharapkan para peserta yang mengikuti pelatihan PLPG dapat dengan siap mengeikuti aturan – aturan selama pelatihan PLPG berlangsung karena dengan terciptanya keadaan yang kondusif nantinya pelatihan PLPG diharapkan dapat berjalan dengan baik serta lancar sehingga para guru yang mengikuti pelatihan PLPG dapat lulus dalam pelatiahn tersebut.
 
Dalam prakondisi peserta juga diharuskan untuk mengerjakan tugas-tugas yang harus di Upload, bagi yang berkenan KLIK DISINI:  kemudian rubah nama dan Upload
Read more ...

PTK FISIKA

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

PENGERTIAN Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkembang dari istilah penelitian tindakan (action research) (Sanjaya, hal. 24). Oleh karena itu, untuk memahami pengertian PTK perlu ditelusuri pengertian penelitian tindakan terlebih dahulu. Penelitian tindakan mulai berkembang di Amerika dan berbagai negara di Eropa, khususnya dikembangkan oleh mereka yang bergerak di bidang ilmu sosial dan humaniora (Basrowi & Suwandi, hal. 24-25). Orang-orang yang bergerak di bidang itu dituntut untuk terjun mempraktikkan suatu tindakan atau perlakuan di lapangan. Mereka berarti langsung mempraktikkan tindakan yang telah direncanakan dan mengukur kelayakan tindakan yang diberikan tersebut. Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka (Sanjaya, hal. 24). Dalam hal ini, penelitian tindakan memiliki kawasan yang lebih luas daripada PTK. Penelitian tindakan diterapkan di berbagai bidang ilmu di luar pendidikan, misalnya dalam kegiatan praktik bidang kedokteran, manajemen, dan industri (Basrowi & Suwandi, hal. 25). Bila penelitian tindakan yang berkaitan pada bidang pendidikan dilaksanakan dalam kawasan sebuah kelas, maka penelitian tindakan tindakan ini disebut PTK.

TUJUAN PTK Tujuan PTK adalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah (Muslich, hal. 10). Menurut Suyanto (1997), tujuan PTK adalah meningkatkan dan/atau memperbaiki praktik pembelajaran di sekolah, meningkatkan relevansi pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan (Basrowi & Suwandi, hal. 54).

SIAPA YANG BERMINAT SILAKAN KLIK DISINI:
Read more ...

RPP TKJ Menerapkan teknik elektronika analog dan digital dasar

Kurikulum 2013 mengalami beberapa perkembangan dan perbaikan sejak digulirkannya pada tahun 2013. Perbaikan kurikulum tersebut berlandaskan pada kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 160 tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013. Secara umum, perbaikan Kurikulum 2013 bertujuan agar selaras antara ide, desain, dokumen, dan pelaksanaannya. Secara khusus, perbaikan Kurikulum 2013 bertujuan menyelaraskan KI-KD, silabus, inspirasi pembelajaran, panduan pembelajaran, penilaian hasil pelajar dan satuan pendidikan, dan buku teks. 

begitu juga dengan penyususnan perangkat pembelajaran, bagi ibu bapak yang berkeinginan untuk mendownload RPP silakan
Klik disini:

RPP Pemrograman Web KD 4.1 Klik link dibawah
KLIK DISINI

Rpp Pemrograman Web KG 4.2 Klik link dibawah
KLIK DISINI
 
Read more ...
Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog