Breaking News

Wednesday, August 30, 2023

Pilot AirAsia Ternyata Tidak Tau Parkir

 

Perjalanan udara yang dulu dianggap sebagai kemewahan kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern kita. Maskapai penerbangan telah memberikan kemudahan dalam menjelajahi dunia dengan lebih cepat. Namun, pengalaman terbaru saya dengan maskapai penerbangan AirAsia, yang konon merajai industri ini, menimbulkan ketidakpuasan dan keraguan mendalam.

Saat memutuskan untuk menggunakan layanan AirAsia, saya memilih dengan keyakinan bahwa akan menikmati layanan yang andal dan profesional. Namun, kenyataannya jauh dari harapan. Serangkaian keterlambatan yang sering terjadi dalam penerbangan mereka telah menggoyahkan keyakinan saya.

Tidak hanya itu, pergantian pintu masuk yang tidak biasa juga menjadi salah satu aspek yang perlu dipertanyakan efisiensi maskapai ini. Bagi seorang penumpang yang mencari kenyamanan dan kepastian dalam perjalanan, pergantian pintu masuk bukanlah hal yang diinginkan. Pertanyaan muncul: mengapa ini terjadi? Apakah ada alasan yang meyakinkan di balik perubahan ini?

Salah seorang penumpang sambil bercanda menyebutkan bahwa pilotnya "ngeut" tidak tau tempat parker pesawat.  Istilah ini terkait dengan pilot dan memunculkan spekulasi yang beragam. Apakah mungkin bahwa pilot benar-benar tidak tahu parkir sehingga penumpang harus berjalan menuju pintu masuk yang berbeda? Atau ada faktor lain yang menyebabkan perubahan ini? Sebagai penumpang, kami merasa berhak mendapatkan penjelasan yang jelas dan transparan.

Saya ingin berbagi pengalaman pribadi tentang suatu perjalanan yang seharusnya dimulai pukul 16.10, tetapi pesawat masih belum bergerak bahkan ketika jam menunjukkan pukul 18.50. bukan hanya perubahan jadwal saja, akan tetapi pintu masuk berpindah yang sebelumnya Q3 ke Q11, lumayan menguras tenaga.  Keterlambatan ini menyebabkan penumpang terjebak dalam ketidakpastian dan kebingungan. Kami harus menunggu tanpa penjelasan yang memadai, dan ini menciptakan rasa tidak nyaman yang sepatutnya tidak perlu terjadi.

Kejadian seperti ini, jika terus terulang, akan merugikan penumpang.  Keterlambatan penerbangan bukan hanya mengganggu jadwal perjalanan, tetapi juga berdampak pada rencana yang telah diatur sebelumnya. Bagi penumpang yang bepergian untuk alasan bisnis atau pribadi, keterlambatan bisa berujung pada kerugian finansial dan ketidaknyamanan yang tidak diinginkan.  Kejadian seperti ini tidak hanya merugikan penumpang, tetapi juga merusak citra maskapai itu sendiri. Pihak terkait harus dengan cepat mencari solusi yang efektif mengatasi masalah ini.

Namun, saya percaya bahwa setiap masalah memiliki solusinya. Maskapai AirAsia dan pihak terkait harus memprioritaskan penumpang dengan memberikan perhatian serius terhadap masalah ini. Keterbukaan dalam berkomunikasi dengan penumpang adalah langkah penting. Penjelasan mengenai alasan keterlambatan dan perubahan pintu masuk harus diberikan dengan jelas dan transparan.

Kami sebagai penumpang berharap untuk diperlakukan dengan hormat dan profesional. Keterbukaan, transparansi, dan perbaikan dalam operasional adalah langkah-langkah yang harus diambil oleh maskapai dan pihak terkait. Hanya dengan bekerja bersama, kami sebagai penumpang dapat merasa dihargai dan yakin bahwa pengalaman perjalanan kami akan menjadi lebih baik di masa depan.

 

Read more ...

Tuesday, August 29, 2023

Dalam Kesedihan Dan Kenangan; Perjalanan Alumni Seri Temenggong Di Sempadan Kamboja

Hari ketiga perjalanan misi kemanusiaan yang dijalani oleh Alumni Seri Temenggong (AST) di Kamboja menghadirkan nuansa kesedihan yang tidak terelakkan. Seperti yang kita ketahui, setiap perjalanan memiliki akhir, dan begitu pun dengan perjalanan penuh makna ini. Namun, justru dari nuansa kesedihan itulah, kita dapat merangkai makna yang mendalam tentang arti sebenarnya dari pengalaman ini.

Pagi itu, seperti biasa, para peserta program AST bangun dengan semangat untuk menghadapi hari yang penuh makna. Namun, kali ini ada suatu yang berat. Hari ketiga ini adalah penutup dari perjalanan berharga yang telah kami jalani. Kesedihan mengintai di balik setiap langkah, mengingat akan berakhirnya momen-momen indah yang kami alami bersama.

Kebanyakan peserta program "Mahabbah Masih Ada yang Sayang" merasa sedih saat mengingat pengalaman mengkhatan di Kampong Tralack. Kebersamaan dan semangat dalam melakukan tindakan kemanusiaan tersebut meninggalkan jejak yang dalam di hati kami. Nuansa kesedihan ini terlihat jelas sejak pagi hari, saat hidangan sarapan yang biasanya cepat datang, kali ini terasa sangat lama. Mungkin, dalam keheningan pagi itu, kami merenung tentang arti dari setiap langkah yang telah kami lakukan.

Setelah sarapan, langkah perjalanan kembali berlanjut. Namun, kali ini, ada kesedihan yang lebih mendasar. kami menuju pasar tradisional untuk membeli oleh-oleh. Komunikasi menjadi kendala, karena kebanyakan penjual tidak fasih berbahasa Melayu atau Inggris. Aktivitas yang biasanya ceria seperti bernegosiasi harga, kali ini terasa seperti perjuangan yang melelahkan. Terbayang betapa lucunya situasi ini, di mana para peserta harus berkomunikasi dengan isyarat tangan dan mimik wajah layaknya aktor dalam sebuah sandiwara. Di balik guyonan ini, ada suatu makna tentang bagaimana bahasa bukan hanya kata-kata, melainkan juga cara kita menyampaikan pesan dan emosi.

Tidak hanya itu, masalah mata uang juga memberikan sentuhan keunikan dalam perjalanan kali ini. Dalam negeri yang mayoritas menggunakan Dolar Amerika Serikat (USD) sebagai mata uang, pada hal Kamboja juga memiliki mata uang sendiri yaitu Riel.  Para AST harus bermain 'Monopoli' dengan uang dolar yang mereka bawa. Mengingatkan kita pada pentingnya adaptasi dalam menghadapi perbedaan budaya dan sistem.

Setelah pening menghitung uang Riel, bukan capek menjinjing oleh-oleh, kami kembali ke bus melanjutkan perjalanan untuk makan siang. Nasi goreng dengan kuah sup menjadi menu pilihan, mungkin mencerminkan campuran rasa dalam hati kami. Ada rasa bahagia karena bisa menikmati hidangan yang lezat, namun juga ada rasa sedih karena menyadari bahwa semua ini akan segera berakhir.

Selesai makan siang, kegiatan berlanjut dengan mengunjungi Madrasah An-Nikmah, sebuah tempat pendidikan agama. Namun, lagi-lagi, kesedihan mengintai saat kami tidak bisa masuk dengan bus karena jalan yang sempit. Kami harus berjalan kaki sekitar 500 meter. Di balik langkah kaki yang berat, ada makna yang lebih dalam tentang dedikasi dalam meraih tujuan dan ketekunan dalam menghadapi rintangan.

Setelah temu ramah dan penyerahan sumbangan di madrasah, tiba-tiba hujan lebat turun. Ini bisa dianggap sebagai 'kesedihan' lainnya, mengingat rencana untuk menaiki kapal mengelilingi sungai Mekong terpaksa dibatalkan karena cuaca buruk. Dalam momen ini, terungkap pesan bahwa tidak semua rencana berjalan sesuai harapan, namun kita perlu beradaptasi dan menerima dengan lapang dada.

Tidak berapa lama, hujan pun reda.  Akhirnya rencana yang tertunda dapat kami lanjutkan misi mengelilingi sungai Mekong. Dalam temaramnya cahaya senja, perjalanan ini seperti mencerminkan perjalanan hidup yang penuh dengan kejutan dan tantangan. Dalam gelapnya malam, lampu-lampu sepanjang sungai Mekong berkilauan seperti bintang-bintang yang menyinari perjalanan hidup kita.

Selesai mengelilingi sungai, pasar malam sudah menanti sebagai tujuan selanjutnya.  Namun pasar yang dikunjungi kurang mengesankan. Hanya pakaian dan cinderamata yang terlihat di sana. Sepertinya, pasar malam ini menggambarkan bahwa tidak semua hal dalam perjalanan ini adalah tentang kesenangan dan hiburan. Dalam hidup, ada kalanya kita harus berhadapan dengan hal-hal yang sederhana namun bermakna, seperti mengevaluasi diri dan merenungkan perjalanan kita sendiri.

Akhirnya, perjalanan ini sampai pada akhirnya. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, dan semua peserta program AST kembali ke penginapan untuk beristirahat mengumpulkan tenaga. Besok adalah hari kepulangan, kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Dalam kesedihan yang mendalam, ada makna yang begitu menyentuh tentang bagaimana perjalanan hidup kita pun akan mencapai akhirnya, dan hanya kenangan serta pengalaman yang akan tetap hidup dalam ingatan.

Dalam nuansa sedih ini, kita melihat betapa setiap momen dalam perjalanan ini memiliki makna dan pesan tersendiri. Semua hal yang terjadi, baik lucu, mengharukan, atau bahkan mengecewakan, memberikan suatu pelajaran tentang hidup dan bagaimana kita bisa menghadapi berbagai situasi. Ketika perjalanan ini berakhir, kita tidak hanya membawa pulang oleh-oleh fisik, tetapi juga rasa syukur, pengalaman berharga, dan perspektif yang lebih dalam tentang makna kehidupan.

Setiap langkah, tawa, dan kesedihan, kita menemukan cerminan diri kita sendiri. Kita merenung tentang bagaimana kita bereaksi terhadap tantangan, bagaimana kita merayakan kebahagiaan, dan bagaimana kita menghargai setiap momen dalam hidup ini. Dalam kesedihan yang mengiringi akhir perjalanan ini, kita menemukan pengertian baru tentang arti kebersamaan, pengorbanan, dan ketekunan.

Sebagai sebuah ingatan, perjalanan ini mengajarkan kita bahwa tidak ada yang berlangsung selamanya. Namun, dalam setiap akhir, kita bisa menemukan awal baru. Kita bisa belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut dan membawanya ke dalam perjalanan hidup kita yang tidak ada habisnya. Bagaimanapun, setiap langkah kita adalah suatu perjalanan yang berarti, penuh warna, dan tidak terlupakan.


 

Read more ...

"Mahabbah Masih Ada yang Sayang": Jejak Kemanusiaan Alumni Seri Temenggong Melintasi Sempadan Kamboja

 

Dalam sebuah perjalanan kemanusiaan yang penuh kasih sayang, para alumni dari Kampus Temenggong untuk menjalankan sebuah program dengan nama yang mengandung harapan besar: "Mahabbah Masih Ada yang Sayang." Program ini dirancang untuk menyantuni dan memberikan bantuan di seberang batas negara, tepatnya di Kamboja. Namun, takdir berkata lain. Pada tahun 2020, ketika hendak menjalankan program ini, seluruh dunia diguncang oleh wabah mengerikan yang dikenal sebagai COVID-19. Rencana harus tertunda, meninggalkan asa dan kepedulian terkatung-katung dalam kehampaan.

Namun, dalam kegelapan yang menghantam, api kebaikan dan kasih sayang tidak pernah padam. Pada akhirnya, dengan semangat yang menggetarkan hati, akhirnya Alumni Seri Temenggong (AST) melangkah maju, melewati segala hambatan, untuk memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkannya di seberang sempadan Kamboja.

Hari kedua program ini menghadirkan momen yang penuh arti di Kampong Tralach, daerah Kampong Chhang. 60 anak-anak di sini akan mengalami perubahan yang tidak hanya fisik, tetapi juga bermakna dalam hidup mereka. Empat dokter dari Kamboja dan seorang dokter Uzer dari Malaysia, yang juga merupakan sukarelawan AST, bersatu untuk melakukan khitan kepada anak-anak ini. Mereka tidak hanya menghadirkan perubahan fisik, tetapi juga simbol kasih sayang dan perhatian dalam bentuk tindakan medis yang penuh arti.

Di tengah perjalanan yang penuh dengan nilai kemanusiaan ini, pihak AST juga tidak lupa untuk menjalankan tradisi kedermawanan. Makan siang diadakan dengan menggelar kenduri, dan seekor lembu dipersembahkan sebagai sedekah dari hati yang penuh kebaikan. Hamba-hamba Allah yang berhati mulia bersatu dalam semangat kedermawanan, mengikuti jejak sahabat Ustman, dan memberikan makanan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Namun, semangat kebaikan tidak berhenti di sana. Ketulusan hati juga terpancar dalam tindakan memberikan sedekah kepada masjid di kampong tersebut. Ini adalah sebuah langkah kecil yang mengandung makna besar, menguatkan tempat ibadah yang memiliki peran sentral dalam kehidupan masyarakat. Kasih sayang dan rasa kebersamaan tercermin dalam setiap tindakan yang mereka lakukan.

Proses program ini diakhiri dengan tindakan yang penuh makna: penanaman pohon. Pengurus masjid PT Kahar, Pontian, dan pengurus alumni bersama-sama menanam pohon sebagai simbol harapan dan pertumbuhan. Dalam momen ini, mereka berkomitmen untuk merawat dan memberikan kehidupan baru, seiring dengan semangat perubahan positif yang mereka bawa.

Dari awal hingga akhir program, suasana dipenuhi dengan keceriaan, tawa, dan bergurau. Namun, pada saat-saat terakhir, suasana berubah. Saat proses khitan sedang berlangsung, ada satu anak yang tidak sengaja membuka perban, dan pendarahan terjadi. Kehati-hatian dan ketelitian dokter-dokter yang terlibat menjadi penentu, karena pendarahan akhirnya dapat dihentikan. Namun, dalam detik-detik ketegangan ini, jantung semua yang hadir merasakan getaran yang penuh arti.

Jeritan anak-anak saat menjalani proses khitan memecah keheningan. Suara mereka menggambarkan rasa sakit dan kepedihan, tetapi juga mengandung keberanian dan ketabahan. Seperti luka-luka yang ada di hati manusia, jeritan ini menjadi sebuah suara yang menggema dan mengingatkan pada rasa sakit yang pernah terjadi.

Saat melihat anak-anak merasakan rasa sakit, para sukarelawan dari AST mungkin merasa bahwa mereka juga merasakan sedikit dari kengerian yang pernah terjadi di Museum Tuol Sleng. Saat mereka menghadapi perasaan ini, air mata bercucuran. Keheningan dipenuhi dengan getaran emosi yang penuh arti, seolah-olah waktu dan ruang menyatu, menghubungkan masa lalu dan masa sekarang dalam satu aliran kesedihan.

akhir perjalanan ini, cerita tentang kasih sayang, perjuangan, dan pengorbanan tergambar dengan jelas. Meskipun bermula dari rencana yang tertunda, semangat kebaikan dan kedermawanan terus berkobar. Dalam setiap tindakan, dari khitan hingga penanaman pohon, dari pemberian makanan hingga sedekah kepada masjid, para sukarelawan AST telah meninggalkan jejak kasih sayang yang tidak akan pernah terhapus. Dalam momen jeritan anak-anak yang merasakan rasa sakit, mereka juga merasakan getaran kengerian dan ketegangan. Namun, setiap getaran itu, ada keberanian dan tekad untuk merubah dunia menjadi tempat yang lebih baik, menghapus kesedihan dengan kasih sayang, dan membawa harapan bagi masa depan.

 

Read more ...
Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog