Breaking News

Tuesday, August 29, 2023

"Mahabbah Masih Ada yang Sayang": Jejak Kemanusiaan Alumni Seri Temenggong Melintasi Sempadan Kamboja

 

Dalam sebuah perjalanan kemanusiaan yang penuh kasih sayang, para alumni dari Kampus Temenggong untuk menjalankan sebuah program dengan nama yang mengandung harapan besar: "Mahabbah Masih Ada yang Sayang." Program ini dirancang untuk menyantuni dan memberikan bantuan di seberang batas negara, tepatnya di Kamboja. Namun, takdir berkata lain. Pada tahun 2020, ketika hendak menjalankan program ini, seluruh dunia diguncang oleh wabah mengerikan yang dikenal sebagai COVID-19. Rencana harus tertunda, meninggalkan asa dan kepedulian terkatung-katung dalam kehampaan.

Namun, dalam kegelapan yang menghantam, api kebaikan dan kasih sayang tidak pernah padam. Pada akhirnya, dengan semangat yang menggetarkan hati, akhirnya Alumni Seri Temenggong (AST) melangkah maju, melewati segala hambatan, untuk memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkannya di seberang sempadan Kamboja.

Hari kedua program ini menghadirkan momen yang penuh arti di Kampong Tralach, daerah Kampong Chhang. 60 anak-anak di sini akan mengalami perubahan yang tidak hanya fisik, tetapi juga bermakna dalam hidup mereka. Empat dokter dari Kamboja dan seorang dokter Uzer dari Malaysia, yang juga merupakan sukarelawan AST, bersatu untuk melakukan khitan kepada anak-anak ini. Mereka tidak hanya menghadirkan perubahan fisik, tetapi juga simbol kasih sayang dan perhatian dalam bentuk tindakan medis yang penuh arti.

Di tengah perjalanan yang penuh dengan nilai kemanusiaan ini, pihak AST juga tidak lupa untuk menjalankan tradisi kedermawanan. Makan siang diadakan dengan menggelar kenduri, dan seekor lembu dipersembahkan sebagai sedekah dari hati yang penuh kebaikan. Hamba-hamba Allah yang berhati mulia bersatu dalam semangat kedermawanan, mengikuti jejak sahabat Ustman, dan memberikan makanan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Namun, semangat kebaikan tidak berhenti di sana. Ketulusan hati juga terpancar dalam tindakan memberikan sedekah kepada masjid di kampong tersebut. Ini adalah sebuah langkah kecil yang mengandung makna besar, menguatkan tempat ibadah yang memiliki peran sentral dalam kehidupan masyarakat. Kasih sayang dan rasa kebersamaan tercermin dalam setiap tindakan yang mereka lakukan.

Proses program ini diakhiri dengan tindakan yang penuh makna: penanaman pohon. Pengurus masjid PT Kahar, Pontian, dan pengurus alumni bersama-sama menanam pohon sebagai simbol harapan dan pertumbuhan. Dalam momen ini, mereka berkomitmen untuk merawat dan memberikan kehidupan baru, seiring dengan semangat perubahan positif yang mereka bawa.

Dari awal hingga akhir program, suasana dipenuhi dengan keceriaan, tawa, dan bergurau. Namun, pada saat-saat terakhir, suasana berubah. Saat proses khitan sedang berlangsung, ada satu anak yang tidak sengaja membuka perban, dan pendarahan terjadi. Kehati-hatian dan ketelitian dokter-dokter yang terlibat menjadi penentu, karena pendarahan akhirnya dapat dihentikan. Namun, dalam detik-detik ketegangan ini, jantung semua yang hadir merasakan getaran yang penuh arti.

Jeritan anak-anak saat menjalani proses khitan memecah keheningan. Suara mereka menggambarkan rasa sakit dan kepedihan, tetapi juga mengandung keberanian dan ketabahan. Seperti luka-luka yang ada di hati manusia, jeritan ini menjadi sebuah suara yang menggema dan mengingatkan pada rasa sakit yang pernah terjadi.

Saat melihat anak-anak merasakan rasa sakit, para sukarelawan dari AST mungkin merasa bahwa mereka juga merasakan sedikit dari kengerian yang pernah terjadi di Museum Tuol Sleng. Saat mereka menghadapi perasaan ini, air mata bercucuran. Keheningan dipenuhi dengan getaran emosi yang penuh arti, seolah-olah waktu dan ruang menyatu, menghubungkan masa lalu dan masa sekarang dalam satu aliran kesedihan.

akhir perjalanan ini, cerita tentang kasih sayang, perjuangan, dan pengorbanan tergambar dengan jelas. Meskipun bermula dari rencana yang tertunda, semangat kebaikan dan kedermawanan terus berkobar. Dalam setiap tindakan, dari khitan hingga penanaman pohon, dari pemberian makanan hingga sedekah kepada masjid, para sukarelawan AST telah meninggalkan jejak kasih sayang yang tidak akan pernah terhapus. Dalam momen jeritan anak-anak yang merasakan rasa sakit, mereka juga merasakan getaran kengerian dan ketegangan. Namun, setiap getaran itu, ada keberanian dan tekad untuk merubah dunia menjadi tempat yang lebih baik, menghapus kesedihan dengan kasih sayang, dan membawa harapan bagi masa depan.

 

No comments:

Post a Comment

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog