Breaking News

Friday, November 18, 2016

PENGEMBANGAN KURIKULUM PRODUKTIF SMK ACEH BERBASIS TEFA



PENDAHULUAN
Unit Produksi merupakan suatu sarana pembelajaran, berwirausaha bagi siswa dan guru serta memberi dukungan operasional sekolah. Untuk manajemen sekolah Unit Produksi merupakan salah satu optimalisasi pemanfaatan sumber daya sekolah. Kebijakan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan tentang Sekolah Bertaraf Nasional/Internasional wajib mengembangkan unit produksi sebagai salah satu tolok ukur pencapaian Profil Sekolah Bertaraf Nasional/Internasional.Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai institusi pendidikan yang melakukan proses pembelajaran berbasis produksi sangat dimungkinkan menghasilkan produk-produk yang layak dijual dan mampu bersaing di pasaran. 
Oleh karena itu SMK seharusnya mengembangkan Unit Produksi yang relevan dengan program keahlian yang dikembangkan di sekolah secara terprogram dan terstruktur.Kenyataan di lapangan banyak SMK yang mampu menghasilkan produk yang bermutu, akan tetapi karena satu dan lain hal belum mampu memasarkannya sehingga diperlukan instiusi yang dapat memfasilitasi pemasaran produk tersebut. Hal ini dapat diatasi antara lain dengan memfungsikan salah satu sekolah yang mempunyai kemampuan dalam bidang pemasaran untuk menjadi outlet

TUJUAN DAN MANFAAT UNIT PRODUKSI

Unit Produksi merupakan satu model pendekatan pengajaran di SMK diharapkan dapat memberkan dampak atau keuntungan bagi lembaga atau pihak lain yang terlibat didalamnya. Menurut Hidayat (!991), unit produksi melalui hubungan dengan industri secara terus-menerus otomatis akan menjadi sarana pelatihan nyata (on the job training) bagi seluruh staf pengajar/isntruktur dan peserta didik dalam bidang kewirausahaan, sehingga iklim industri dapat diserap secara nyata dan hal ini akan dapat meningkatkan profesionalisme masing-masing. Lebih lanjut dikatakan bahwa keuntungan Unit Produksi dapat digunakan untuk menunjang biaya operasional pendidikan dan pengembangan institusi.

Pelaksanaan Unit Produksi (UP) SMK ini bertujuan untuk (Dikmenjur, 2007):
(1)wahana pelatihan berbasis produksi/ jasa bagi siswa; (2) wahana menumbuhkan dan mengembangkan jiwa wirausaha guru dan siswa pada SMK; (3) sarana praktik produktif secara langsung bagi siswa; (4) membantu pendanaan untuk pemeliharaan, penambahan fasilitas dan biaya-biaya operasional pendidikan lainnya; (5) menambah semangat kebersamaan, karena dapat menjadi wahana peningkatan aktivitas produktif guru dan siswa serta memberikan ’income’ serta peningkatan kesejahteraan warga sekolah; (6) mengembangkan sikap mandiri dan percaya diri dalam pelaksanaan kegiatan praktik siswa; (7) melatih untuk berani mengambil risiko dengan perhitungan yang matang; (8) mendukung pelaksanaan dan pencapaian Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang seutuhnya;. memberikan kesempatan kepada siswa dan guru untuk mengerjakan pekerjaan praktik yang berorientasi pada pasar; meningkatkan kreativitas dan inovasi di kalangan siswa, guru dan manajemen sekolah; (9) menumbuhkan sikap profesional produktif pada siswa dan guru; (10) melatih siswa untuk tidak bergantung kepada orang lain, namun mandiri khususnya dalam mendapatkan kesempatan kerja; (11) wadah Pendidikan Sistem Ganda (PSG) bagi siswa yang tidak mendapatkan tempat praktik kerja industri di dunia usaha dan industri; (12) menjalin hubungan yang lebih baik dengan dunia usaha dan industri serta masyarakat lain atas terbukanya fasilitas untuk umum dan hasil-hasil produksinya; (13) meningkatkan intensitas dan frekuensi kegiatan intra, ko, dan ekstra kurikuler siswa; dan (15) membangun kemampuan sekolah dalam menjalin kerjasama sinergis dengan pihal luar dan lingkungan serta masyarakat luas.

Adapun manfaat Unit Produksi yang ingin diraih ada dua yaitu :
Pertama, Unit Produksi sebagai sumber belajar siswa. Dalam konteks pendidikan keteknikan dan kejuruan, sumber belajar harus berorientasi dan relevan dengan dunia kerja, menurut National Technical and Vocational Education and Training Program (1996:3) pendidikan kejuruan identik dengan pendidikan pekerjaan yang berkaitan langsung dengan persiapan seseorang untuk memasuki dunia kerja. Roberts (1977:23-25) mengatakan bahwa secara historis pendidikan kejuruan merupakan pengembangan dari pelatihan kerja. Dalam pelatihan kerja, peserta didik dapat belajar sambil bekerja. Hal ini berarti sambil bekerja merupakan ciri pembelajaran di sekolah kejuruan. Dengan demikian konsep Work-based Learning menjadi sangat relevan diterapkan di SMK. 
Kedua, Unit Produksi sebagai salah satu sumber pendanaan pendidikan di SMK. Selain sebagai sumber bealajar diharapkan juga keuntungan dari hasil kerja yang telah dilakukan, sehingga dengan demikian keberlanjutan dari sebuah usaha tersebut akan terus terjaga. Dengan demikian sekolah, siswa dan guru yang telibat dalam proses usaha tersebut akan mendapatkan income generating.

TANTANGAN
Keberhasilan Unit Produksi di SMK sangat tergantung kepada manajemen yang diterapkan di sekolah tersebut. Oleh karena menjadi hal yang penting untuk memperkuat manajemen SMK agar Unit Produksi dapat dikembangkan dalam upaya memperkokoh daya saing tamatan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan sebagai tantangan antara lain:
1. Perkuat Jiwa Wirausaha, karena wirausahawan adalah juga seorang pemimpin yang mampu mempengaruhi dan meyakinkan kelompoknya dalam mengembangkan gagasannya dengan cara melakukan kerjasama yang saling mempercayai satu sama lain. Komitmen yang teguh dalam mencari dan menciptakan peluang ini bisa ditumbuhkan dengan cara penyederhanaan birokrasi dan pendelegasian wewenang yang jelas kepada mitra usaha dan bawahan dalam menjalankan bisnis dan dalam pengembilan keputusan.
2. Diperlukan Kesadaran akan Manfaat Keberadaan Unit Produksi di SMK, keberadaan Unit Produksi di SMK seharusnya dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan produksi hasil praktik siswa. Unit produksi dapat menjadi wadah yang menampung produk siswa; menjadi quality control atas produk siswa; menjadi tim pemasaran; menjadi agen penjualan yang dapat memberikan kontribusi langsung siswa memperoleh hasil penjualan. Dalam upaya mengembangkan kesadaran ini, diperlukan iklim manajemen yang transparan sehingga seluruh warga sekolah dapat melihat secara langsung berbagai keuntungan yang diperoleh.
3. Tertib Administrasi, aspek administrasi sering kurang mendapat perhatian dalam usaha kecil di Indonesia. Unit Produksi seharusnya melakukan pembukuan atas setiap transaksi yang dapat dipelajari oleh warga sekolah. Data operasi Unit produksi dapat menjadi sarana untuk mengkaji berbagai hal yang berhubungan dengan pengembangan usaha, misalnya jenis permintaan yang paling sering disampaikan pelanggan, jenis produk yang cenderung diperlukan pada waktu tertentu, jenis produk yang diminati pada kalangan tertentu, dimana lokasi tempat tinggal pelanggan, pada waktu kapan keuntungan terbesar, pada saat bagaimana produk mencapai puncaknya atau sebaliknya permintaan pada posisi terendah. Dalam pembelajaran praktik, siswa perlu diberi kesempatan untuk bekerja cepat dan akurat. Artinya semua tugas diselesaikan secara benar dengan waktu yang sependek mungkin dengan prosedur yang benar pula. Namun ketika siswa telah menunjukkan penguasaan kompetensi, mereka perlu ditantang untuk kreatif dan inovatif. Tantangan ini akan menggugah kompetisi diantara siswa, lebih-lebih bila diberikan sistem reward yang konsisten.
4. Ciptakan Iklim ‘Market’ di Sekolah, beri kesempatan siswa dan guru untuk melakukan ‘jual-beli’ di sekolah. Misalnya antara siswa maupun siswa dengan guru atau sebaliknya guru dengan siswa. Mereka dapat saling berjual-beli untuk saling memenuhi kebutuhan. Selanjutnya anjurkan siswa untuk berjual-beli di lingkungan keluarga mereka dan diteruskan dengan berjual-beli dengan di lingkungan masyarakat sekitar. Dengan cara ini maka akan terbentuk jejaring laba-laba yang bermuara di sekolah.
5. Pengkondisian Lingkungan Sekolah, mulailah dengan menanamkan nilai-nilai yang ada di industri untuk terjadi dan berlangsung di sekolah. Beberapa nilai yang dapat mulai dikondisikan adalah kebersihan, ketertiban, disiplin, dan ramah terhadap setiap tamu. Kondisi ini harus diciptakan dan menjadi budaya sekolah, karena dengan terciptanya kondisi tersebut warga sekolah khususnya siswa akan mengalami lingkungan/ dunia usaha yang sesungguhnya. Karena di dunia usaha selalu diupayakan suasana yang tertib, disiplin, ramah terhadap pelanggan dan selalu menjaga kebersihan untuk memberi kenyamanan kepada pelanggan dan relasi.
6. Guru adalah Sumberdaya yang Penting, ikut sertakan guru dalam berbagai diklat yang memungkinkan mereka berkembang dalam penguasaan kompetensi dan mencapai peningkatan wawasan dan keterampilan berwirausaha. Guru sebagai aset penting SMK akan menjadi agen perubahan dalam iklim belajar siswa. Bila perlu guru perlu dicarikan kesempatan melakukan on the job training di unit usaha kecil dan menengah. Pelatihan yang berkaitan dengan inovasi produk dan layanan berkaitan dengan program keahlian dan bidang mereka akan menjadi nilai tambah bagi pribadi guru maupun kepentingan sekolah.
7. Membuka Berbagai Referensi, belajar dengan multi referensi dan metode yang variatif akan menjadi daya tarik bagi siswa untuk menekuninya. Siswa perlu dibawa untuk melihat kemungkinan mencari informasi dan ide serta sumber belajar dari berbagai jenis referensi. Gunakan metode survey ke lapangan/ pasar, menjelajah internet, mempelajari iklan, berbagi berita ekonomi dan bisnis, membaca success story, akan merupakan pengalaman belajar yang memberi banyak pengetahuan.
8. Mengembangkan Organisasi Unit Produksi, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat strukur organisasi Unit Produksi antara lain:

a. Organisasi dan manajemen Unit Produksi disusun secara flat, yaitu Lebih menekankan pada kerja tim, Sebagai anggota tim, karyawan dilibatkan dan diberdayakan untuk memberi kontribusi kepada manajemen dalam mewujudkan kepuasan kepada pelanggan dan adanya pendelegasian tugas dan wewenang yang jelas kepada setiap unit kerja dan pelaksana.

b. Mengembangkan prinsip ’desentralisasi’ dan otoritas dalam pembagian tugas dan wewenang

c. Peran dan tanggungjawab personel dan pengelola secara jelas, untuk dapat menumbuhkan usaha tanpa dikekang oleh jalur birokrasi yang kaku
d. Gaya kepemimpinan sekolah bersifat luwes, fleksibel dan demokratis, untuk dapat menjalin komunikasi dan menyaring informasi dengan cepat bagi kepentingan Unit Produksi
e. Staffing, dilakukan dalam aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan SDM dalam pengembangan Unit Produksi yang meliputi: rekrutmen, seleksi, penempatan, orientasi, pemberian imbalan, unit pelatihan, promosi dan penilaian prestasi kerja.
f. Pengendalian dilakukan untuk melakukan pengaturan atau pengarahan dalam organisasi agar tujuan tercapai. 1) Pengendalian fisik, misal: Bahan baku, Kualitas produk, Peralatan produksi, Kapasitas mesin, dll
g. Pengendalian Personel, meliputi: Penempatan pekerja baru, Training karyawan, Penggajian dan prestasi kerja
h. Pengendalian Informasi, meliputi: Informasi pemasaran dan penjualan,  Informasi analisis lingkungan, Jadual produksi
i.   Pengendalian finansial

PENUTUP


Standar pengelolaan kurikulum EDUTEKNOPRENUERSHIP disusun untuk meningkatkan kinerja kurikulum EDUTEKNOPRENUERSHIP sebagai wadah pengembangan profesionalism guru, peserta didik dan karyawan. Jika standar pengembangan ini dipenuhi maka diharapkan kurikulum EDUTEKNOPRENUERSHIP menjadi alternatif untuk meningkatkan profesionalisme pengurus, guru/instruktur, karyawan dan peserta didik/anggota. Selanjutnya kurikulum EDUTEKNOPRENUERSHIP dapat memberikan income generating bagi seluruh warga kurikulum EDUTEKNOPRENUERSHIP.

No comments:

Post a Comment

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog