Sejarah dan latar belakang konflik Israel-Palestina bisa
ditarik mundur sejak tahun 2000 SM. Namun dalam sejarah kontemporer,
konflik Palestina-Israel dimulai pada tahun 1967 ketika Israel menyerang
Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza
(Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem
(Yordania).
Sampai sekarang
perdamaian sepertinya jauh dari harapan. Ditambah lagi terjadi
ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan hubungannya dengan
Israel di antara faksi-faksi di Palestina sendiri. Tulisan ini
dimaksudkan sebagai pengingat sekaligus upaya membuka pemahaman kita
mengenai latar belakang sejarah sebab terjadinya konflik ini.
Sebelum
memulai tulisan yang pernah dimuat di omkicau.com ini, Si Momot
perlihatkan dulu sebuah momen beberapa tahun lalu sebagaimana terlihat
dalam foto-foto di bawah ini. Ini adalah foto-foto yang dimuat di blog
kawan Om Dion (sayang blognya sudah tidak aktif lagi), yang ditaut ke
blog omkicau.com yang kemudian menuliskan runtutan sejarah sebagaimana
di tulis beberapa sumber.
Di halaman itu, Dion mengatakan:
“Foto-foto
ini merupakan foto yang tidak akan pernah saya lupakan untuk seumur
hidup. Foto yang diambil oleh wartawan Getty Images ini adalah foto
seorang anak yang ditinggal mati oleh ibunya. Dan kematian ibu ini harus
berakhir di pelukan anaknya sendiri. Satu hal yang menurut saya
menunjukkan sisi kejam dan humanis dari perang.
Tidak ada yang
paling mengharukan dan menyedihkan ketika melihat orang yang kita cintai
meninggal di pelukan kita. Tuhan, hentikanlah perang ini demi anak-anak
dan ibu di dunia.”
Dengan judul “Detik-detik Mengharukan” inilah foto-foto tersebut:
Perang Sungguh Biadab!
Sekilas tentang konflik Palestina. Konflik
Palestina – Israel menurut sejarah sudah 31 tahun ketika pada tahun
1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut
Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat
dan Yerussalem (Yordania). Sampai sekarang perdamaian sepertinya jauh
dari harapan. Ditambah lagi terjadi ketidaksepakatan tentang masa depan
Palestina dan hubungannya dengan Israel di antara faksi-faksi di
Palestina sendiri. Tulisan ini dimaksudkan sebagai pengingat sekaligus
upaya membuka pemahaman kita mengenai latar belakang sejarah sebab
terjadinya konflik ini.
2000 SM – 1500 SM
Siti
Hajar, yang merupakan istri pertama Nabi Ibrahim, memiliki anak bernama
Nabi Ismail yang digelari sebagai bapak bangsa Arab. Sedangkan istri
kedua Nabi Ibrahim, yakni Siti Sarah, mempunyai anak yang bernama Nabi
Ishak, yang kemudian mempunyai anak Nabi Ya’qub alias Israel (Israil,
Qur’an).
Anak keturunan Ya’qub disebut Bani Israel yang terdiri
dari 7 orang, dimana salah satunya bernama Nabi Yusuf yang ketika kecil
dibuang oleh saudara-saudaranya yang dengki kepadanya. Nasibnya yang
baik membawa Yusuf ke tanah Mesir dan kemudian menjadi bendahara
kerajaan Mesir. Ketika masa paceklik, Nabi Ya’qub beserta
saudara-saudara Yusuf bermigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan
Israel (Nabi Ya’qub) membesar.
1550 SM – 1200 SM
Politik
di Mesir berubah. Bangsa Israel dianggap sebagai masalah bagi negara
Mesir. Banyak dari bangsa Israel yang lebih pintar dari orang asli Mesir
dan menguasai perekonomian. Oleh pemerintah Firaun bangsa Israel
diturunkan statusnya menjadi budak.
1200 SM – 1100 SM
Nabi
Musa memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembarai gurun Sinai
menuju tanah yang dijanjikan, asalkan mereka taat kepada Allah SWT.
Peristiwa
selanjutnya dikenal dengan kisah termasyhur tentang perburuan yang
dilakukan pemerintah Mesir terhadap kelompok Musa. Kala itu Nabi Musa
mampu membelah lautan untuk menyeberangi Laut Merah dan mempersilakan
umatnya, bangsa Israel, menyeberangi laut. Namun saat mereka diperintah
untuk memasuki tanah Filistin (Palestina), mereka membandel dan berkata:
“Hai, Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang yang gagah perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (QS 5:24)
Akibat
hal tersebut, Israel diberi hukuman oleh Allah SWT dengan hanya
berputar-putar saja di sekitar Palestina. Belakangan agama yang dibawa
Nabi Musa disebut Yahudi; mengikuti salah satu marga dari bangsa Israel
yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda.Lambat laun akhirnya
bangsa Israil – tanpa memandang warga negara atau tanah airnya – disebut
juga orang-orang Yahudi.
1000 SM – 922 SM
Nabi
Daud A.s. (anak Nabi Musa A.s.) mengalahkan Goliath (Jalut, Qur’an)
dari Filistin. Palestina berhasil direbut dan Daud dijadikan raja.
Wilayah kerajaannya membentang dari tepi sungai Nil hingga sungai Efrat
di Iraq. (Saat ini masih terdapat sebagian pemeluk Yahudi tetap
memimpikan kembalinya kebesaran Israel Raya seperti yang dipimpin raja
Daud, dimana gerakan ini dikenal dengan nama Zionisme).
Bendera
Israel adalah dua garis biru (sungai Nil dan Eufrat) dan Bintang Daud.
Kepemimpinan Daud A.s. diteruskan oleh anaknya Nabi Sulaiman A.s. dan
Masjidil Aqsa pun dibangun.
922 SM – 800 SM
Sepeninggal
Sulaiman A.s., Israel dilanda perang saudara yang berlarut-larut,
hingga akhirnya kerajaan itu terbelah menjadi dua, yakni bagian Utara
bernama Israel beribukota Samaria dan Selatan bernama Yehuda dengan
ibukota Yerusalem.
800 SM – 600 SM
Kerajaan Israel mengalami kehancuran melalui penyerangan kerajaan Asyiria.
“Sesungguhnya Kami telah mengambil kembali perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu mereka, maka sebagian rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh.” (QS 5:70)
Hal ini juga bisa dibaca di Injil (Bible) pada Kitab Raja-raja ke-1 14:15 dan Kitab Raja-raja ke-2 17:18.
600 SM – 500 SM
Kerajaan
Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari Babylonia. Dalam
Injil Kitab Raja-raja ke-2 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak mempunyai
hak lagi atas Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan dipenjara di
Babylonia.
500 SM – 400 SM
Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bangsa Israel kembali ke Yerusalem.
330 SM – 322 SM
Israel
diduduki Alexander Agung dari Macedonia (Yunani). Ia melakukan
hellenisasi terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa Yunani menjadi
bahasa resmi Israel, sehingga nantinya Injil pun ditulis dalam bahasa
Yunani dan bukan dalam bahasa Ibrani.
300 SM – 190 SM
Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium Romawi.
1 – 100 M
Nabi
Isa A.s. / Yesus lahir, kemudian menjadi pemimpin gerakan melawan
penguasa Romawi. Seperti yang bisa kita tebak, gerakan ini lalu menuai
masalah. Selain dianggap subversif oleh penguasa Romawi (dengan ancaman
hukuman tertinggi yakni dihukum mati di kayu salib), ajaran Yesus
sendiri ditolak oleh para Rabbi Yahudi. Namun setelah Isa tiada, justru
bangsa Yahudi turut angkat senjata memberontak terhadap Romawi.
100 – 300 M
Pemberontakan
berulang. Akibatnya Palestina dihancurkan dan dijadikan area bebas
Yahudi. Mereka dideportasi keluar Palestina dan terdiaspora ke segala
penjuru imperium Romawi. Namun demikian tetap ada sejumlah kecil pemeluk
Yahudi yang tetap bertahan di Palestina. Dengan masuknya Islam
kemudian, serta dipakainya bahasa Arab di dalam kehidupan sehari-hari,
mereka lambat laun terarabisasi atau bahkan masuk Islam.
313 M
Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama negara.
500 – 600 M
Nabi
Muhammad SAW lahir di tahun 571 M. Bangsa Yahudi menyebar ke
semenanjung Arabia (di antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah),
kemudian bermigrasi dalam jumlah besar ke daerah tersebut ketika terjadi
perang antara Romawi dengan Persia.
621 M
Nabi
Muhammad SAW melakukan perjalanan ruhani Isra’ dari masjidil Haram di
Makkah ke masjidil Aqsa di Palestina, yang dilanjutkan perjalanan Mi’raj
ke Sidrathul Muntaha (langit lapis ke-7). Rasulullah menetapkan
Yerusalem sebagai kota suci ke-3 ummat Islam, dimana sholat di masjidil
Aqsa dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil
Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi
kiblat umat Islam sebelum berubah arah ke Ka’bah di masjidil Haram,
Makkah.
622 M
Hijrah Nabi Muhammad Saw ke
Madinah dan pendirian negara Islam – yang selanjutnya disebut khilafah.
Nabi mengadakan perjanjian dengan bangsa Yahudi yang menjadi penduduk
Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan “Piagam Madinah”.
626 M
Pengkhianatan
Yahudi dalam perang Ahzab (perang parit) yang berarti melanggar
Perjanjian Madinah. Sesuai dengan aturan di dalam kitab Taurat mereka
sendiri, mereka harus menerima hukuman dibunuh atau diusir.
638 M
Di
bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab, seluruh warga Palestina
dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk
Palestina, Muslim maupun Non Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan
khilafah. Kebebasan beragama dijamin sepenuhnya.
700 – 1000 M
Wilayah
Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika, hingga Spanyol. Di dalamnya,
bangsa Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang sama.
1076 M
Yerusalem
dikepung oleh tentara salib dari Eropa. Karena pengkhianatan kaum
munafik (sekte Drusiah yang mengaku Islam namun memiliki ajaran yang
justru menyimpang), pada tahun 1099 M tentara salib berhasil menguasai
Yerusalem dan mengangkat seorang raja Kristen. Penjajahan ini
berlangsung hingga 1187 M sampai kemudian Salahuddin Al-Ayyubi
membebaskannya.
1453 M
Setelah melalui
proses reunifikasi dan revitalisasi wilayah-wilayah khilafah yang
tercerai berai karena hancurnya Baghdad oleh tentara Mongol (1258 M),
khilafah Utsmaniah dibawah Muhammad Fatih menaklukan Konstatinopel.
1492 M
Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista).
Karena cemas suatu saat umat Islam bisa bangkit kembali, maka terjadi
pembunuhan, pengusiran, dan pengkristenan massal. Hal ini tidak cuma
diarahkan pada Muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah
khilafah Utsmaniyah, diantaranya ke Bosnia. Pada 1992 Raja Juan Carlos
dari Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust (pemusnahan etnis) 500 tahun sebelumnya.
1500 – 1700 M
Kebangkitan
pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan agama/gereja
dengan negara), nasionalisme, dan kapitalisme. Mulainya kemajuan
teknologi moderen di Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka
mencari jalur perdagangan alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui
daerah-daerah Islam. Tapi akhirnya mereka didorong oleh semangat
kolonialisme dan imperialisme, yakni Gold, Glory dan Gospel.
Gold berarti mencari kekayaan di tanah jajahan, Glory artinya mencari
kemasyuran di atas bangsa lain dan Gospel (Injil) artinya menyebarkan
agama Kristen ke penjuru dunia.
1529 M
Tentara khilafah berusaha menghentikan arus kolonialisme/imperialisme serta membalas reconquista
langsung ke jantung Eropa dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun
1683 M kepungan diulang, dan gagal lagi. Kegagalan ini terutama karena
tentara Islam terlalu yakin pada jumlah dan perlengkapannya.
“… yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dan bercerai-berai.” (QS 9:25).
1798 M
Napoleon
berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi tujuan-tujuan
Perancis di Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di bawah
Khilafah.
1831 M
Untuk mendukung strategi
“devide et impera”, Perancis mendukung gerakan nasionalisme Arab, yakni
Muhammad Ali di Mesir dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah mulai lemah
dirongrong oleh semangat nasionalisme yang menular begitu cepat di
tanah Arab.
1835 M
Sekelompok Yahudi
membeli tanah di Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi pertama
di sana. Sponsornya adalah milyarder Yahudi di Inggris, Sir Moshe Monteveury, anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya sekolah berkurikulum asing di wilayah Khilafah.
1838 M
Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina.
1849 M
Kampanye
mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah
Yahudi di Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948 jumlahnya
menjadi 716.700 dan pada tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang.
1882 M
Imigrasi
besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama,
simpati, dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.
1891 M
Para
penduduk Palestina mengirim petisi ke Khalifah, menuntut dilarangnya
imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu khilafah
sudah “sakit-sakitan”, sehingga dijuluki “the sick man at Bosporus”.
Dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat
terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang jalur
kereta api dari Damaskus ke Madinah via Palestina!
Sayang, sebelum
selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung)
yang telah dipengaruhi oleh Inggris. Perang Dunia I meletus, dan jalur
kereta tersebut dihancurkan.
1897 M
Theodore
Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di Basel Swiss. Peserta Kongres I
Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi tidaklah sekedar umat
beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara
berbangsa dan bernegara.
Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut
tanah air bagi umat Yahudi – walaupun secara rahasia – pada “tanah yang
bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan tanah
protektorat Uganda atau di Amerika Latin.
Di kongres itu, Herzl
menyebut, Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan”
atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini
mengenang kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di
tangan umat Yahudi sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, “Dalam 50
tahun akan ada negara Yahudi !” Apa yang direncanakan Herzl menjadi
kenyataan pada tahun 1948.
1916 M
Perjanjian rahasia Sykes – Picot
oleh sekutu (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat saat meletusnya Perang
Dunia (PD) I, untuk mencengkeram wilayah-wilayah Arab dan Khalifah
Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka. PD I berakhir dengan
kemenangan sekutu, Inggris mendapat kontrol atas Palestina. Di PD I ini,
Yahudi Jerman berkomplot dengan Sekutu untuk tujuan mereka sendiri
(memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar).
1917 M
Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild,
bahwa Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina dalam
membantu pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga
Bangsa-bangsa (cikal bakal PBB) memberi mandat kepada Inggris untuk
menguasai Palestina.
1938 M
Nazi Jerman
menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi Jerman adalah biang keladi
kekalahan mereka pada PD I yang telah menghancurkan ekonomi Jerman. Maka
mereka perlu “penyelesaian terakhir” (endivsung).
Ratusan
ribu keturunan Yahudi dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke luar
negeri (terutama ke AS). Sebenarnya ada etnis lain serta kaum
intelektual yang berbeda politik dengan Nazi yang bernasib sama, namun
setelah PD II Yahudi lebih berhasil menjual ceritanya karena menguasai
banyak surat kabar atau kantor-kantor berita di dunia.
1944 M
Partai
buruh Inggris yang sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik
“membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka
ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong keluarnya pribumi
Arab dari sana.” Kondisi Palestina pun memanas.
1947 M
PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara: Arab dan Israel.
1948, 14 Mei
Sehari
sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina, para pemukim Yahudi
memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Mereka melakukan agresi
bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah, hingga jutaan
dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir, dan
lain-lain. Palestine Refugees menjadi tema dunia. Namun mereka
menolak eksistensi Palestina dan menganggap mereka telah memajukan area
yang semula kosong dan terbelakang.
Timbullah perang antara Israel
dan negara-negara Arab tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab
sebenarnya ada di bawah pengaruh Inggris – lihat Imperialisme Perancis
dan Inggris di tanah Arab sejak tahun 1798 – maka Israel mudah merebut
daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan PBB.
1948, 2 Desember
Protes
keras Liga Arab atas tindakan AS dan sekutunya berupa dorongan dan
fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina. Pada
waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Banna mengirim
10.000 mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha ini kandas bukan
karena mereka dikalahkan Israel, namun karena Raja Farouk yang korup
dari Mesir takut bahwa di dalam negeri IM bisa melakukan kudeta,
akibatnya tokoh-tokoh IM dipenjara atau dihukum mati.
1956, 29 Oktober
Israel
dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan
Suez. Pada kurun waktu ini, militer di Yordania menawarkan baiat ke
Hizbut Tahrir (salah satu gerakan Islam) untuk mendirikan kembali
Khilafah. Namun Hizbut Tahrir menolak, karena melihat rakyat belum siap.
1964 M
Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestine Liberation Organization).
Dengan ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa
Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan umat Islam sedunia.
1967 M
Israel
menyerang Mesir, Yordania dan Syria selama 6 hari dengan dalih
pencegahan, Israel berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir),
dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania).
Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara musuhnya karena dibantu
informasi dari CIA (Central Intelligence Agency = Badan Intelijen Pusat
milik USA). Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas serangan
Israel, karena Menteri Pertahanan Mesir ikut terbang dan memerintahkan
untuk tidak melakukan tembakan selama dia ada di udara.
1967, Nopember
Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 242, untuk perintah penarikan
mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang 6 hari,
pengakuan semua negara di kawasan itu, dan penyelesaian secara adil
masalah pengungsi Palestina.
1969 M
Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua Komite Eksekutif PLO dengan markas di Yordania.
1970 M
Berbagai
pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina
membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania pun dikucilkan.
Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari AS, maka akhirnya Raja
Husein mengusir markas PLO dari Yordania. Dan akhirnya PLO pindah ke
Libanon.
1973, 6 Oktober
Mesir dan Syria
menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari
puasanya Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang
Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tidak tiba-tiba
dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa berkompromi, karena
dia cuma siap untuk melawan Israel, namun tidak siap berhadapan dengan
AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya
harga minyak melonjak pesat.
1973, 22 Oktober
Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan resolusi Nomor 338, untuk gencatan senjata,
pelaksanaan resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di Timur Tengah.
1977 M
Pertimbangan
ekonomi (perang telah memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat pergi
ke Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian,
jika Israel mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa
dikhianati. Karena langkah politiknya ini, belakangan Anwar Sadat
dibunuh pada tahun 1982.
1978, September
Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp David
yang diprakarsai AS. Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas kepada
rakyat Palestina di wilayah-wilayah pendudukan Israel. Sadat dan PM
Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. namun Israel
tetap menolak perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi.
Belakangan, otonomi versi Camp David ini tidak pernah diwujudkan,
demikian juga otonomi versi lainnya. Dan AS sebagai pemrakarsanya juga
tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto resolusi PBB
yang tidak menguntungkan pihak Israel.
1980 M
Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerussalem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota.
1982 M
Israel
menyerang Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra
dan Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak
berhasil dibawa ke forum PBB karena – lagi-lagi – veto dari AS.
Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian pengeboman
atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya, dan Tunis.
1987 M
Intifadhah,
perlawanan dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di
daerah pendudukan terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini
diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya
dengan pendidikan dan sosial.
1988, 15 Nopember
Diumumkan
berdirinya negara Palestina di Aljiria, ibu kota Aljazair. Dengan
bentuk negara Republik Parlementer. Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur
sebagai ibukota negara dengan Presiden pertamanya adalah Yasser Arafat.
Setelah
Yasser Arafat mangkat kursi presiden diduduki oleh Mahmud Abbas. Dewan
Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina beranggotakan
500 orang.
1988, Desember
AS membenarkan
pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung
mengakui eksistensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi PBB Nomor
242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di
Tunis.
1991, Maret
Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah dengan revolusi Palestina”.
1993, September
PLO
– Israel saling mengakui eksistensi masing-masing dan Israel berjanji
memberikan hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel
adalah “land for peace” (tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu
dikecam keras oleh pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di
Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi Arabia,
Mesir, Emirat, dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir
dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian.
Setelah
kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian
dengan Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti Israel. Dengan
ini maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi.
Yasser Arafat, Yitzak Rabin, dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya tersebut.
1995 M
Rabin
dibunuh oleh Yigar Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron,
seorang Yahudi fanatik membantai puluhan Muslim yang sedang shalat
subuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita,
pernah mendapat latihan dan melakukan wajib militer. Gerakan Palestina
yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat Israel
dengan bom “bunuh diri”. Targetnya, menggagalkan usaha perdamaian yang
tidak adil itu. Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel sebagai
“Israel dapat tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup
damai).”
1996 M
Pemilu di Israel
dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti
kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur waktu
pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina,
agar Palestina tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan
ingin menunggu/menciptakan kontelasi baru (pemukiman Yahudi di daerah
pendudukan, bila perlu perluasan hingga ke Syria dan Yordania) untuk
sama sekali membuat perjanjian baru.
AS tidak senang bahwa Israel
jalan sendiri di luar garis yang ditetapkannya. Namun karena lobby
Yahudi di AS terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai agen-agennya
di negara-negara Arab untuk “mengingatkan” si “anak emasnya” ini. Maka
sikap negara-negara Arab tiba-tiba kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir
malah kini memfatwakan jihad terhadap Israel. Sementara itu Uni Eropa
(terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba “aktif” menjadi penengah,
yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan masing-masing dalam rangka
menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga tidak rela kalau AS
“jalan sendiri” tanpa bicara dengan Eropa.
2002 – 2008 M
Sebuah
usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan
oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB, dan Amerika Serikat pada 17
September 2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14
“reservasi”. Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana
pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri
Ariel Sharon.
Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel
menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh “kehadiran sipil dan
militer yang permanen” di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana,
dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan “mengawasi dan mengawal
kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol
eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan
militer di wilayah laut dari Jalur Gaza.”
Pemerintah Israel
berpendapat bahwa “akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa
Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan,” sementara yang lainnya
berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat
satu-satunya ialah bahwa Israel “akan diizinkan untuk menyelesaikan
tembok – artinya, Penghalang Tepi Barat Israel – dan mempertahankan
situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini”
Di hari
kemenangan Partai Kadima pada pemilu tanggal 28 Maret 2006 di Israel,
Ehud Olmert – yang kemudian diangkat sebagai Perdana Menteri Israel
menggantikan Ariel Sharon yang berhalangan tetap karena sakit –
berpidato. Dalam pidato kemenangan partainya, Olmert berjanji untuk
menjadikan Israel negara yang adil, kuat, damai, dan makmur, menghargai
hak-hak kaum minoritas, mementingkan pendidikan, kebudayaan dan ilmu
pengetahuan serta terutama sekali berjuang untuk mencapai perdamaian
yang kekal dan pasti dengan bangsa Palestina.
Olmert menyatakan
bahwa sebagaimana Israel bersedia berkompromi untuk perdamaian, ia
mengharapkan bangsa Palestina pun harus fleksibel dengan posisi mereka.
Ia menyatakan bahwa bila Otoritas Palestina, yang kini dipimpin Hamas,
menolak mengakui Negara Israel, maka Israel “akan menentukan nasibnya di
tangannya sendiri” dan secara langsung menyiratkan aksi sepihak.
Masa
depan pemerintahan koalisi ini sebagian besar tergantung pada niat baik
partai-partai lain untuk bekerja sama dengan perdana menteri yang baru
terpilih.
Sementara itu sebelum terjadinya serangan habis-habisan
Israel ke Gaza (27/12/2008), sudah terjadi serangan-serangan kecil di
antara kedua belah pihak di sekitar Jalur Gaza, disebabkan Israel
menutup tempat-tempat penyeberangan atau jalur komersial ke Gaza
sehingga pasokan bahan bakar minyak terhenti, yang memaksa satu-satunya
pusat pembangkit listrik di Jalur Gaza tutup.
Sebagai catatan
akhir, Perdana Menteri Israel setelah Benjamin Netanyahu berutur-turut
adalah Ehud Barak, Ariel Sharon, dan yang masih berkuasa di Israel dalam
penyerangan di Gaza sekarang adalah Ehud Olmert. Sedangkan 4 faksi
utama di Palestina adalah PLO, Al-Fatah, Jihad Islam Palestina (JIP),
dan yang berkuasa sekarang di Palestina adalah Hamas dengan Perdana
Menterinya Ismail Haniya.
Intifada al-Aqsa versi wikipedia.org
- Maret 2000, Kunjungan pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon ke Masjidil Aqsa memicu kerusuhan. Masjidil Aqsa dianggap sebagai salah satu tempat suci umat Islam. Intifadah gelombang kedua pun dimulai.
- KTT Camp David 2000 antara Palestina dan Israel
- Maret-April 2002 Israel membangun Tembok Pertahanan di Tepi Barat dan diiringi rangkaian serangan bunuh diri Palestina.
- Juli 2004 Mahkamah Internasional menetapkan pembangunan batas pertahanan menyalahi hukum internasional dan Israel harus merobohkannya.
- 9 Januari 2005 Mahmud Abbas, dari Fatah, terpilih sebagai Presiden Otoritas Palestina. Ia menggantikan Yasser Arafat yang wafat pada 11 November 2004
- Peta menuju perdamaian
- Juni 2005 Mahmud Abbas dan Ariel Sharon bertemu di Yerusalem. Abbas mengulur jadwal pemilu karena khawatir Hamas akan menang.
- Agustus 2005 Israel hengkang dari permukiman Gaza dan empat wilayah permukiman di Tepi Barat.
- Januari 2006 Hamas memenangkan kursi Dewan Legislatif, menyudahi dominasi Fatah selama 40 tahun.
- Januari-Juli 2008 Ketegangan meningkat di Gaza. Israel
memutus suplai listrik dan gas. Dunia menuding Hamas tak berhasil mengendalikan tindak kekerasan. PM Palestina Ismail Haniyeh berkeras pihaknya tak akan tunduk. - November 2008 Hamas batal ikut serta dalam pertemuan unifikasi Palestina yang diadakan di Kairo, Mesir. Serangan roket kecil berjatuhan di wilayah Israel.
- Serangan Israel ke Gaza dimulai 26 Desember 2008. Israel melancarkan Operasi Oferet Yetsuka, yang dilanjutkan dengan serangan udara ke pusat-pusat operasi Hamas. Korban dari warga sipil berjatuhan.
- Mei 2010 Israel mem-blokede seluruh jalur bantuan menuju palestina
- 30 Mei 2010 Tentara Israel Menembaki kapal bantuan Mavi Marmara yang membawa ratusan Relawan dan belasan ton bantuan untuk palestina
Tarik Ulur Usaha Perdamaian Terbaru
Sejak Persetujuan Oslo,
Pemerintah Israel dan Otoritas Nasional Palestina secara resmi telah
bertekad untuk akhirnya tiba pada solusi dua negara. Masalah-masalah
utama yang tidak terpecahkan di antara kedua pemerintah ini adalah:
- Status dan masa depan Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur yang mencakup wilayah-wilayah dari Negara Palestina yang diusulkan.
- Keamanan Israel.
- Keamanan Palestina.
- Hakikat masa depan negara Palestina.
- Nasib para pengungsi Palestina.
- Kebijakan-kebijakan pemukiman pemerintah Israel, dan nasib para penduduk pemukiman itu.
- Kedaulatan terhadap tempat-tempat suci di Yerusalem, termasuk Bukit Bait Suci dan kompleks Tembok (Ratapan) Barat.
Masalah
pengungsi muncul sebagai akibat dari perang Arab-Israel 1948. Masalah
Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur muncul sebagai akibat
dari Perang Enam Haripada 1967.
Selama ini telah terjadi konflik yang
penuh kekerasan, dengan berbagai tingkat intensitasnya dan konflik
gagasan, tujuan, dan prinsip-prinsip yang berada di balik semuanya. Pada
kedua belah pihak, pada berbagai kesempatan, telah muncul
kelompok-kelompok yang berbeda pendapat dalam berbagai tingkatannya
tentang penganjuran atau penggunaan taktik-taktik kekerasan, anti
kekerasan yang aktif, dll. Ada pula orang-orang yang bersimpati dengan
tujuan-tujuan dari pihak yang satu atau yang lainnya, walaupun itu tidak
berarti mereka merangkul taktik-taktik yang telah digunakan demi
tujuan-tujuan itu. Lebih jauh, ada pula orang-orang yang merangkul
sekurang-kurangnya sebagian dari tujuan-tujuan dari kedua belah pihak.
Dan menyebutkan “kedua belah” pihak itu sendiri adalah suatu
penyederhanaan: Al-Fatah dan Hamas saling berbeda pendapat tentang
tujuan-tujuan bagi bangsa Palestina. Hal yang sama dapat digunakan
tentang berbagai partai politik Israel, meskipun misalnya pembicaraannya
dibatasi pada partai-partai Yahudi Israel.
Mengingat
pembatasan-pembatasan di atas, setiap gambaran ringkas mengenai sifat
konflik ini pasti akan sangat sepihak. Itu berarti, mereka yang
menganjurkan perlawanan Palestina dengan kekerasan biasanya
membenarkannya sebagai perlawanan yang sah terhadap pendudukan
militer oleh bangsa Israel yang tidak sah atas Palestina, yang didukung
oleh bantuan militer dan diplomatik oleh A.S. Banyak yang cenderung
memandang perlawanan bersenjata Palestina di lingkungan Tepi Barat dan
Jalur Gaza sebagai hak yang diberikan oleh persetujuan Jenewa dan Piagam
PBB. Sebagian memperluas pandangan ini untuk membenarkan
serangan-serangan, yang seringkali dilakukan terhadap warga sipil, di
wilayah Israel itu sendiri.
Demikian pula, mereka yang bersimpati
dengan aksi militer Israel dan langkah-langkah Israel lainnya dalam
menghadapi bangsa Palestina cenderung memandang tindakan-tindakan ini
sebagai pembelaan diri yang sah oleh bangsa Israsel dalam melawan
kampanye terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Palestina
seperti Hamas, Jihad Islami, Al Fatah dan lain-lainnya, dan didukung
oleh negara-negara lain di wilayah itu dan oleh kebanyakan bangsa
Palestina, sekurang-kurangnya oleh warga Palestina yang bukan merupakan
warga negara Israel. Banyak yang cenderung percaya bahwa Israel perlu
menguasai sebagian atau seluruh wilayah ini demi keamanannya sendiri.
Pandangan-pandangan yang sangat berbeda mengenai keabsahan dari
tindakan-tindakan dari masing-masing pihak di dalam konflik ini telah
menjadi penghalang utama bagi pemecahannya.
Sebuah usul perdamaian
yang muncul adalah peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat
Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September
2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 “reservasi”.
Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan
diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon.
Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia
akan menyingkirkan seluruh “kehadiran sipil dan militer… yang permanen”
di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di
Tepi Barat), namun akan “mengawasi dan mengawal kantong-kantong
eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah
udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut
dari Jalur Gaza.” Pemerintah Israel berpendapat bahwa “akibatnya, tidak
akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah
pendudukan,” sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan
diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel “akan
diizinkan untuk menyelesaikan tembok [artinya, Penghalang Tepi Barat
Israel] dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang
ini”
Dengan rencana pemisahan diri sepihak, pemerintah Israel
menyatakan bahwa rencananya adalah mengizinkan bangsa Palestina untuk
membangun sebuah tanah air dengan campur tangan Israel yang minimal,
sementara menarik Israel dari situasi yang diyakininya terlalu mahal dan
secara strategis tidak layak dipertahankan dalam jangka panjang. Banyak
orang Israel, termasuk sejumlah besar anggota partai Likud — hingga
beberapa minggu sebelum 2005 berakhir merupakan partai Sharon — kuatir
bahwa kurangnya kehadiran militer di Jalur Gaza akan mengakibatkan
meningkatnya kegiatan penembakan roket ke kota-kota Israel di sekitar
Gaza. Secara khusus muncul keprihatinan terhadap kelompok-kelompok
militan Palestina seperti Hamas, Jihad Islami atau Front Rakyat
Pembebasan Palestina akan muncul dari kevakuman kekuasaan apabila Israel
memisahkan diri dari Gaza.
Sumber artikel runtutan sejarah:
1. __http://dhezun-notes.blogspot.com/2012/11/tabel-sejarah-palestina.html
2. __http://www.riaupos.co/3256-berita-sejarah-konflik-palestina%E2%80%93israel-(bagian-1).html
2. __http://www.riaupos.co/3256-berita-sejarah-konflik-palestina%E2%80%93israel-(bagian-1).html
No comments:
Post a Comment