Breaking News

Friday, December 10, 2021

MODERASI BUKAN MEMBANGUN KEBENCIAN SESAMA

Sy memandang tagline "moderasi beragama" sebagai krisis toleransi beragama di Indonesia. Lagi-lagi Islam seolah menjadi pemeran antagonis dalam kisah toleransi tersebut. Moderasi beragama menjadi isu sentral sehingga akan masuk ke kurikulum. Untuk menangkal radikalisme, sy paham dan permisif. Tapi jika kemudian menjadikan bahwa semua agama sama, tentu saja sy menentang keras. Buat apa beraqidah jika semua agama sama.

Sy tidak paham jika seorang yg tidak pantas disebut ulama diundang oleh Mabes Polri pada Juni 2021 untuk berbicara moderasi beragama dalam konteks ummat Islam. Syakur Yasin tidak mewakili keilmiahan Islam dan pemahaman penafsiran Al-Quran nya bukan saja rendah bahkan sesat.

Dia menafsirkan bahwa Islam agama yang belum sempurna karena di dunia tidak ada yang sempurna, sungguh pemahaman yang dangkal. Surat Al-Maidah ayat 3 ditafsirkan sebagai sudah paripurnanya tugas Muhammad sebagai Rasul, bukan agama Islam yang sempurna. Anda salah kakek Kur, tugas kenabian Rasulullah pun masih ada setelah ayat tersebut.

Ayat tersebut bukanlah yang terakhir. Rasulullah masih menerima wahyu 9 hari menjelang wafatnya. Sementara Al-Maidah ayat 3 turun saat Rasulullah jelang wafat 81 hari lagi. Ayat tersebut memparipurnakan Aqidah Muslim untuk tidak bercampur baur dengan kaum musyrik. Sebagian menafsirkan Ibadah Haji sebagai penyempurna serangkaian ibadah Islam.

Sumber : https://tafsiralquran.id/menepis-anggapan-al-yawma-akmaltu-lakum-dinakum-sebagai-ayat-yang-terakhir-turun/

Lanjutan pernyataan Syakur menyebut bahwa terjadi pergolakan politik antara Abubakar RA dan Ali bin Abi Thalib RA dalam melanjutkan estafet kepemimpinan pasca wafat Rasulullah. Bahkan kafan Rasulullah pun hampir tidak ada yang mengurusi. Jujur, sy anggap anda tidak literat lalu asal bunyi. Antara Khalifaur Rasyidin dalam.pergantian estafet kepemimpinan tidak ada peristiwa kudeta. Semua penuh perkaderan. Gaya kepemimpinan masing2  Khalifah memberi nuansa edukatif bagi Ummat Muslim setelahnya. Abubakar nan bijaksana didukung semua Khalifaur Rasyidin. Begitu pula sang tegas Umar bin Khatab, Ekonom Ustman bin Affan dan sang jenius Ali bin Abi Thalib. 

Rasulullah mewarisi kestabilan dalam 4 Khalifahnya. Setelah itu, terjadi pergolakan hingga saat ini, seluruh agama pun mengalami hal yang sama. Qadarullah untuk nuansa kehidupan berpolitik. 

Referensi sy dalam Sirah Nabawiyah bukan dari pengarang muslim Kur. Sy rajin membaca buku Karen Armstrong, karena dia melakukan riset, bukan sekedar fanatik.

Kembali pada kisah Islam bukan agama sempurna karena tidak ada yang sempurna di muka bumi. Sungguh itu mengusik rasa keimanan seseorang. Sy meyakini, dua hal yang sempurna di bumi ini, Tuhan dan Agama. Karena itu, kita berharap sesuatu yang besar menutupi ketidaksempurnaan yang kita miliki. Agama sebagai pedoman dan Allah sebagai satu2nya penolong. Bagaimana mungkin kita mengimani sesuatu yang tidak sempurna. Tidak semua logika bisa dicocokologi dalam beragama. Kita pasti percaya Isra Mi'raj yang di luar nalar karena kita yakin kesempurnaan agama.

Kaum non muslim pun, semisal Nasrani meyakini bahwa jalan Tuhan mereka sebagai bentuk agama sempurna bagi mereka. Sehingga mereka tidak mengimani Muhammad, karena sudah sempurnalah yesus bagi agama mereka. Begitu pula dengan agama lain.

Sy hanya berharap pemerintah, mabes polri, atau instansi apapun dalam pemerintahan carilah narasumber yang kompeten sehingga tidak menjadi runyam. Moderasi beragama mungkin perlu, tapi mengundang seseorang yang minim pengetahuan keagamaan malah bikin runyam kehidupan beragama.

Sy setuju tindakan radikalisme tidak dibenarkan dalam agama. Namun mengatakan agama Islam tidak sempurna tentu saja melukai keimanan sy sebagai ummat Muslim.

By:Kharuddi Budiman

No comments:

Post a Comment

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog